Review MotoGP 2016 - Peniru MotoGP 2006 Lagi!



Akhirnya benar-benar terbukti kalau MotoGP 2016 hampir seperti tiruan MotoGP 2006!

MotoGP 2006 adalah cerita tersendiri, sangat bersejarah, dramatis, dan tentu saja sangat menyakitkan untuk Valentino Rossi. Yang terjadi musim ini juga hampir sama, meskipun tidak ada unsur dramatis atau menyakitkan seperti MotoGP 2006. Yang lebih mirip justru musim lalu, Vale bisa saja juara dunia kalau Marc mampu menyalip Jorge di Valencia. Tapi spotlight MotoGP 2015 udah dicuri Sepang sih...

MotoGP 2006 diawali dengan perubahan drastis kapasitas mesin MotoGP yang akan digunakan mulai musim 2007. Beberapa pabrikan sudah mulai curi start pengembangan mesin atau motor 800cc di musim ini. Salah satu yang paling kentara adalah Yamaha, Suzuki, dan Ducati, tetapi korban paling parah dari proyek tersebut tentu saja Yamaha.

Beberapa kali Valentino Rossi gagal finish karena kecelakaan atau masalah teknis. Ia sempat tertinggal 51 poin di tengah musim meski akhirnya unggul 8 poin menjelang seri terakhir di Valencia tetapi justru kalah +5 poin di klasemen akhir karena ia crash saat lomba. Hal yang tentu saja sangat mengejutkan karena ia adalah pole sitter dalam balapan yang dimenangi oleh Troy Bayliss itu.

Ngomong-ngomong soal Troy Bayliss, ia adalah pembalap wildcard Ducati Marlboro yang tampil menggantikan Sete Gibernau. Musim 2006 adalah musim pertamanya di World Superbike bersama Ducati setelah 3 musim sebelumnya bertarung di MotoGP. Itu adalah kemenangan satu-satunya Bayliss di ajang MotoGP sekaligus menjadi orang ke-7 yang berhasil menjuarai seri MotoGP musim itu.

Nah, itu adalah terakhir kalinya dalam satu musim MotoGP mempunyai 7 pembalap berbeda yang menjuarai seri MotoGP. Dan akhirnya rekor tersebut dipatahkan musim ini, 8 pembalap menjuarai 8 race berbeda secara berurutan. Rekor yang sepertinya akan lebih sulit untuk dipatahkan lagi. Karena faktor cuaca dan permainan strategi ban lebih dominan dalam terjadinya rekor tersebut. Berbeda dengan MotoGP 2006 dimana kekuatan 3 mesin juara waktu itu (Honda, Yamaha, Ducati) sangat setara, tidak ada dominasi pada waktu itu.

Kembali ke kesialan Vale, itu adalah pertama kalinya Vale terserang secara mental sehingga dengan mudahnya jatuh saat posisinya sudah cukup aman untuk juara. Kalau tidak salah waktu itu ia jatuh di lap 5, ia start dari pole tapi tercecer 2 posisi dibelakang Hayden. Dari hitung-hitungan poin, Hayden tidak akan juara dunia meskipun finish 2 posisi di depan Vale. Karen kalaupun poin sama, Vale tetap akan menang karena juara seri lebih banyak.

Tapi keajaiban memang nyata. Vale crash dan hanya finish P13 (3 poin) sementara Hayden P3 (16 poin). Dari tertinggal 8 poin menjadi unggul 5 poin. Ironis sebenarnya, karena 5 poin adalah poin yang 'dicuri' Toni Elias dari Valentino Rossi di balapan sebelumnya (Estoril) hanya dengan selisih waktu +0,002 detik! Jadi bisa dibilang, Toni Elias adalah pahlawan Honda yang sebenarnya pada waktu itu. Ia 'menyelamatkan' Hayden yang justru crash dengan rekan setimnya sendiri, Dani Pedrosa.

Lalu apa yang sama? Saat pembalap mengunci gelar juara dunianya, rival terdekatnya (Valentino Rossi) pasti selalu sial. Itu terjadi pada Valencia 2006 (tentu saja), Motegi 2007, dan terakhir Motegi 2016. Tetapi berbeda dengan kejadian di Valencia, dua kejadian terakhir di Motegi lebih mirip. Sialnya Vale (dan Lorenzo terakhir ini) hanya mempercepat rival merayakan gelar juara dunianya. Sementara di Valencia 1000% adalah tentang keajaiban.

Di Motegi 2007, Casey Stoner memulai pestanya lebih cepat karena Vale tergelincir (dan finish P13 ) setelah mengganti motor. Perayaan yang harusnya terjadi di Australia, justru dimulai lebih cepat di Jepang, Ducati juara di kandang Honda. Bravo!

Musim ini terjadi lagi, meski musim ini lebih kompetitif, tetapi Vale dan Jorge kalah poin lebih banyak karena sering DNF; sementara Marc lebih konsisten mendapatkan poin maksimal yang mungkin ia raih. Dua crash untuk dua rider Movistar Yamaha tersebut tentu saja sebuah keajaiban yang membuat pesta juara dunia Marc Marquez dilakukan lebih cepat dan terjadi lagi di Jepang,

Saya kira tulisan ini sekaligus mengakhiri review MotoGP 2016. Karena mau apa lagi? Semua sudah berakhir. 3 seri tersisa akan lebih baik jika digunakan untuk memulai program musim depan. Hanya kelas Moto2 yang masih menarik karena belum ada juara dunianya.

Lalu, apalagi yang akan terjadi di musim depan? Dua musim terakhir hampir sama menariknya dengan MotoGP 2006, meskipun dengan skenario yang berbeda. Apakah musim depan terjadi dominasi lagi? Semoga saja tidak. Semoga MotoGP 2006 terulang lagi tetapi dengan skenario yang berbeda lagi!


**Ada satu lagi yang mirip ternyata. Saat Casey Stoner juara dunia 2011 di Australia, Vale juga crash saat race. Bedanya ya waktu itu Vale bukan rival utama Casey Stoner. Tetapi dari sisi 'cara yang sama', hal itu juga terjadi untuk Jorge yang crash sebelum balapan dan tidak start untuk Phillip Island 2011. Hal yang sama juga terjadi saat Dani Pedrosa crash di sirkuit yang sama setahun kemudian, Jorge Lorenzo langsung mengunci gelar juara dunia MotoGP 2012. Bisa sama gitu ya?