Spesial; Pengadu Nasib di Ducati (Top & Flop)

Ducati Corse, tim pabrikan Ducati di MotoGP sejak 2003, mempekerjakan 12 pembalap (reguler) sejak keikutsertaan mereka. Jumlah tersebut lebih banyak dari Honda (8) dan Yamaha (7) dalam periode yang sama (2003-2017). Dari semua pembalap yang mereka gunakan, hanya Casey Stoner yang berprestasi (meraih gelar juara dunia). Sementara sisanya, pol-mentok juara seri atau podium, itupun cuma 4 pembalap saja yang bisa.

Hari ini adalah momen istimewa dimana Jorge Lorenzo melakukan debutnya sebagai pembalap ke-12 Ducati dengan mengikuti pre-season di Valencia. Saya pribadi sempat bingung bagaimana mempertanyakan karier JL99 di Ducati besok. Terpikirkan dua pertanyaan, (1) berapa lama ia akan bertahan di Ducati?, atau (2) apakah ia bisa sesukses Casey Stoner? Dua pertanyaan berbeda yang saling berkaitan.

Well, seperti judul di atas, saya akan membahas tentang siapa-siapa saja yang sukses dan gagal bersama Ducati sekaligus sebagai galeri foto perjalanan tim ini dari masa ke masa. Lanjut!

TOP

(1) Casey Stoner



Bukan yang pertama apalagi kedua, tetapi Casey Stoner adalah pembala Ducati terhebat. 23 kemenangan antara 2007-2010 adalah jumlah yang sepertinya sulit untuk ditandingi oleh rider Ducati masa kini. Mungkin di masa depan...

(2) Loris Capirossi



Tujuh kemenangan antara 2003-2007 sekaligus rider Ducati pertama yang menjuarai MotoGP (ia juga pembalap Italia). Sempat berkarier di Suzuki sebelum kembali dan pensiun bersama Ducati pada 2011.

(3) Troy Bayliss



Troy Bayliss adalah rider Ducati kedua yang mampu menjuarai race MotoGP. Tepatnya di race classic Valencia 2006. Ia datang sebagai pembalap pengganti dan juara dunia World Superbike 2006. What a race!

(4) Andrea Iannone



Rider Ducati keempat yang berhasil menjuarai race, sekaligus Italiano terbaik di Ducati sejak Loris Capirossi. Sayang ia harus 'dipaksa' pergi saat masa jayanya dimulai. Oiya, bukan berarti Dovi jelek, cuma Iannone 'lebih baik' bersama Ducati.

(5) Andrea Dovizioso



Another Italiano, rider juara kelima Ducati dan akan membalap di tahun kelimanya bersama si merah. Berpasangan dengan Jorge Lorenzo musim depan, akan sangat menentukan nasib Dovi kedepannya. Karena opsi mengembalikan Iannone mungkin saja terjadi.

FLOP

Valentino Rossi (2011-2012)

Sete Gibernau (2006)

Nicky Hayden (2009-2013)

Marco Melandri (2008)

Carlos Checa (2005)
Cal Crutchlow (2014)


Valentino Rossi, Cal Crutchlow, Nicky Hayden, Marco Melandri, Sete Gibernau, Carlos Checa

Kecuali Nicky Hayden, semua pembalap yang masuk kategori ini merasa 'salah' bergabung dengan Ducati. Terlihat dari kesamaan masa bakti mereka yang mayoritas cuma 1 tahun (Valentino Rossi 2 tahun). Padahal (selalu) ada ekspektasi tinggi saat mereka-mereka bergabung. Toh, nyatanya mereka tak sesukses Casey Stoner.

Perbedaan karakter sehingga menyebabkan susahnya beradaptasi dengan motor Ducati membuat pembalap-pembalap tersebut tidak merasa betah. Atau juga karena masalah cedera, seperti Sete Gibernau. Hanya 1-2 tahun, mereka langsung pindah tim, kembali ke pabrikan yang dulu, atau malah pensiun (sementara) dan kembali lagi memakai motor Ducati, seperti Sete Gibernau.


Sete Gibernau (Ducati privateer 2009)



Pre-season 2017

Jorge Lorenzo (Ducati test 15/11/2016)

Jorge Lorenzo (Ducati test 15/11/2016)


Lalu bagaimana dengan Jorge Lorenzo? Saya sempat terpikirkan satu kemungkinan (jawaban) dari salah satu pertanyaan di bagian atas. Jorge Lorenzo hanya betah 2 tahun di Ducati dan pindah ke tim baru, tidak lain dan tidak bukan adalah Repsol Honda. Kenapa Honda? Karena mereka sudah habis dengan Dani Pedrosa, 2006-2018* tanpa gelar dan sudah waktunya ia pergi. Lalu kemana Dani akan pergi? Kemungkinan besar KTM (dipengaruhi sponsor Red Bull). Akan sangat menyakitkan kalau Dani bergabung ke pabrikan asal Jepang lainnya dimana ia telah mengabdi lebih dari 15 tahun untuk Honda. (rz)

Spesial; Saatnya Mengganti Livery Untuk MotoGP 2017?

Ada satu hal yang unik, livery atau corak tunggangan tim-tim elit MotoGP 2016 sudah berumur sekitar 3 tahunan. Itu artinya, kalau tidak ada perubahan, maka selama 4 tahun kita disuguhi oleh livery yang gitu-gitu aja. Bosen gak sih?

Bosan jelas bosan, karena selain aksi di lintasan, penonton juga pengen melihat sesuatu yang baru di tunggangan pembalap (livery). Kalau jodoh kan bisa ditiru untuk tunggangan pribadi? Hehe

Livery Gen-M dengan model Dani Pedrosa

Livery Repsol Honda saat ini adalah 'generasi Marc Marquez' karena pertama kali diperkenalkan pada 2013. Ciri khasnya, tidak ada dominasi warna hitam (warna hitam hanya untuk beberapa detail saja). Warna cerah mendominasi bodi motor menggantikan livery 'generasi Dani Pedrosa' yang digunakan pada 2006-2012.

Livery Gen-D 2006 masih menggunakan nomor start di buntut motor.

Livery Gen-D 2012 dengan perubahan warna di buntut motor.


Kebetulankah? Repsol Honda mengupdate livery mereka saat mendapatkan dua rider Spanyol sebagai rookie mereka. Lalu, pakah mereka baru akan mengganti livery lagi kalau Dani pindah dan digantikan Jorge Lorenzo? #eh

#GarisBesar Livery Suzuki sejak 2014

Meski baru bertarung lagi di MotoGP dalam dua musim terakhir, tetapi livery Suzuki ini sudah ada sejak 2014 lho (riset). Livery tanpa sponsor seperti ini sudah bertahan selama 3 musim dan hanya terdapat beberapa perubahan minor (panel warna kuning) tiap musimnya. Sementara di masa yang sama (2003-2005), Suzuki memiliki dua desain livery berbeda. Time to change (& challenge)?


Sejak Stoner bergabung (2007), desain logo Marlboro berubah dengan
mengurangi warna putih (sebagai background) dan menggantinya
sebagai warna huruf.

#StonerEffect, Dominasi warna putih dan sedikit perubahan tone
warna merah.

Ducati mulai berubah dengan 'kembali' memakai lebih banyak warna putih dan tone warna merah yang sedikit berbeda sejak Casey Stoner pindah ke Repsol Honda (2011). Sejak saat itu livery Ducati berubah-ubah tiap musimnya tetapi menggunakan satu kombinasi warna yang menurut saya sangat monoton.

Movistar #1 tahun 2014

Yamaha juga mulai 'rese' sejak dapet sponsor dari Movistar. Mereka gak update tampilan motor mereka sejak 2014. Perubahan minor tidak cukup kuat untuk memberikan kesan baru yang lebih menarik. FIAT (2007-2010) juga melakukan hal yang sama, mempertahankan kelir yang hampir sama dalam 4 tahun. Tetapi FIAT mengeluarkan beberapa livery spesial yang sangat fenomenal. FIAT 500 (2 desain), Punto Evo, Abarth, dan livery pribadi untuk Vale (Catalunya 2008) dan Jorge (Valencia 2008). Sementara Movistar?

Movistar #2 tahun 2015

Movistar #3 tahun 2016. Tampak tidak ada perubahan berarti.

Saya sebenernya suka sama sponsor ini, terutama pas mereka bikin gebrakan livery baru dengan Honda Gresini 2005. Tampak lebih bold dan simpel, sebandinglah dengan Gauloises Yamaha pada waktu itu.

Livery 2014, sangat menarik melihat Vale dengan motor putih lagi.

Yamaha justru lebih kreatif saat mereka tidak mempunyai sponsor utama (2011-2014*), mereka mengupdate tampilannya setiap musim. Meski sama-sama menggunakan ciri khas warna Yamaha (biru-putih-hitam), tetapi desainnya sangat menarik. Livery favorit saya pada masa ini justru livery 2014, sesaat sebelum deal dengan Movistar terjadi. Bermain dengan warna tradisional pabrikan saat sedang tidak mempunyai sponsor juga dilakukan oleh Kawasaki. Hasilnya, meski selalu bermain dengan warna hijau, tetapi livery mereka selalu terlihat menarik.

Menurut saya, livery Movistar Yamaha saat ini kurang menarik karena tidak adanya keharmonisan antara warna biru-hitam-putih dan warna 'utama' yaitu hijau (logo Movistar & Monster Energy), Pemasangan warna saklek berurutan biru-hitam-putih berbeda dengan kombinasi warna di livery 2014*. Biru-chrome di muka, lanjut putih di samping fairing, biru, putih, biru, putih, hitam, putih lagi di bagian bawah. Terlihat lebih bertumpuk-tumpuk tetapi lebih harmonis.

Livery 'biru' terbaik Yamaha (1) Gauloises 2005 (2)  race blu 2011

Atau kalau mau lebih ekstreme, buat aja jadi dua warna (biru dominan & hitam bawah). Warna dominan jadi mirip era Gauloises Yamaha. Lebih bold dan sangar.

Pada akhirnya saya berharap ada sebuah perubahan yang cukup besar di MotoGP musim depan. Perubahan seperti ini lebih sering terjadi untuk tim-tim medioker sehingga sering luput dari perhatian. Pengennya sih tim-tim besar yang berubah, karena merekalah yang paling sering terlihat. Tetapi membaca sejarah (1) Repsol Honda mengupdate livery mereka saat ada pembalap spesial dari Spanyol yang bergabung, (2) Yamaha Racing mengupdate livery mereka lebih karena permintaan sponsor. Kasus kedua relatif lebih sulit,.. (rz)

Analisis; Tantangan Sebenarnya Dari Menggelar MotoGP Indonesia!

Ada sebuah kekhawatiran manakala Indonesia berhasil menggelar event MotoGP tetapi 'gagal' dalam tujuan sebenarnya menggelar event tersebut. Tujuan yang saya maksud adalah menampilkan kualitas motorsport terbaik dari dalam negeri (entah lewat prestasi pembalap atau industri terkaitnya) ke mata dunia. Karena saya merasa, berhasil menggelar event MotoGP bukanlah 'prestasi' tetapi tantangan yang benar-benar harus dijawab oleh negara penyelenggara tersebut.


Monlau Competicion, salah satu pelaku utama
industri balap di Spanyol.

Saat Spanyol kebagian jatah 4 Grand Prix dalam semusim, ada yang menyebut hal tersebut berlebihan dan tidak adil. Tetapi melihat bagaimana motorsport di negara mereka, khususnya di roda dua, dan bagaimana kontribusi mereka untuk MotoGP, Spanyol pantas mendapatkan hak itu. Begitu pula event di Italia, Perancis, Belanda, Jerman, Austria, Ceko, Australia, Amerika Serikat, dan Jepang; yang hampir selalu ada di kalender tiap dekadenya, seolah-olah tidak tergantikan, karena memang mereka pantas mendapatkannya.

Dari sekian banyak negara penyelenggara MotoGP, hanya Qatar yang belum mampu menjawab tantangan tersebut. Bisa dibilang Qatar hanya menyelenggarakan MotoGP sebagai ajang unjuk diri bahwa mereka, negara timur tengah pertama, negara kecil, yang mampu menyelenggarakan race mewah di malam hari. Meski begitu, jumlah penonton di sirkuit hanya sekitar 20,000 pasang mata dalam 3 hari event. Jumlah paling sedikit dari seluruh event MotoGP. Miris.


Saeed Al Sulaiti

Sebagai ujung tombak motorsportnya, Qatar mempunyai QMMF Racing Team yang berlaga di Moto2 dan beberapa rider yang dititipkan di tim World Superbike asal Eropa. Tetapi QMMF sudah tidak menggunakan rider asal Qatar dalam beberapa tahun terakhir, bahkan mereka tidak tercantum dalam provisional entry list Moto2 2017. Sementara itu, Saeed Al Sulaiti (Pedercini Racing/World Superbike), hanya mendapatkan 1 poin dari seluruh event WSBK yang ia ikuti pada 2016. Poin terendah yang diraih oleh rider yang membalap selama semusim penuh (mirip-mirip lah dengan prestasi Doni Tata, hehe).


Hafizh Syahrin

Ada yang lebih (atau jauh) lebih baik dari Qatar (tapi masih dibawah negara-negara lainnya), yaitu Malaysia. Prestasi mereka di MotoGP sangat gemilang sejak kemunculan Hafizh Syahrin dan Khairul Idam Pawi. Puluan championship point sudah dikantongi, termasuk dua kemenangan 'Super KIP' di Moto3 tahun ini. Prestasi yang sepertinya sulit ditandingi Indonesia (yang sekarang baru mengumpulkan dua poin saja via Doni Tata, hehe).


Khairul Idham Pawi

Selain prestasi pembalapnya, kita patut mencontoh komitmen Malaysia di Motorsport. Lihatlah bagaimana Petronas, Proton (Lotus), AirAsia, Caterham (Tony Fernandes), dan Sepang International Circuit berbicara banyak di motorsport dunia. Komitmen itulah yang membuat mereka berhasil menggelar 3 kejuaraan dunia dalam satu tahun (F1, MotoGP, World Superbike).

Baik tapi belum setara negara-negara lainnya. Yang saya maksud, rider berprestasi dari Malaysia tersebut dididik oleh kejuaraan di Eropa, bukan dari dalam negeri sendiri. Bandingkan dengan negara-negara lain yang mempunyai kejuaraan bergengsi seperti CEV (Spanyol, Portugal*, Perancis*), IDM (Jerman, Belanda*, Austria*), French SBK (Perancis), British SBK (Inggris Raya), MotoAmerica (USA), FX Superbike (Australia), dan MFJ Superbike (Jepang). Selain itu, banyak sisi historis dan industri terkait dengan motorsport yang berasal dari negara tersebut. Mulai dari pabrikan motor, alat keselamatan, minuman berenergi, bahan bakar & oli, hingga item-item lainnya.

Belum begitu tahu kejuaraan di Argentina, tetapi mereka mempunyai rider hebat kelas dunia seperti Sebastian Porto dan Leandro Mercado. Juga banyak sirkuit di negara tersebut, sepertinya jadi pusat kejuaraan balap motor di Amerika Latin. Begitu juga kejuaraan di Ceko yang sepertinya bekerjasama dengan negara-negara lain seperti Hungaria untuk membuat kejuaraanya sendiri.

Lalu, Indonesia mau seperti apa? Qatar, Malaysia, atau Spanyol (susah)? Hehe. Memang tujuan utama tentu menyelenggarakan dulu event-nya, baru mikirin hal seperti ini. Tetapi setidaknya ada progress sih. Progress nyata kalau motorsport kita berkembang dan berkelas dunia. Malaysia saja baru naik prestasinya, puluhan tahun sejak pertama kali menggelar GP. Itu juga dibarengi dengan komitmen yang kuat tadi.


Doni Tata (2005)

Sementara Indonesia, balik lagi, masih terlihat suram. Belum ada program yang benar-benar oke. Jujur, kekecewaan saya masih sangat besar dengan program Doni Tata (Yamaha 'From Zero to Hero' dan Federal Oil Moto2), dan Rafid Topan (Evalube QMMF Moto2) yang masing-masing hanya berjalan semusim dan bisa dibilang gagal.

Program yang ada sekarang mungkin akan lebih baik. Kadang merasa gemas saja, 'kapan mereka terjun ke MotoGP'? Mungkin tidak lama lagi, semoga. (rz)

Redesign Layout Sirkuit Sentul - Kalau Saja...

Sirkuit internasional baru di Palembang untuk MotoGP sudah mulai kelihatan wujudnya. Tampak seksi dan beda dengan sirkuit internasional sebelumnya (Sentul). Dengan persaingan ini, sirkuit Sentul wajib berbenah supaya tidak kalah telak.

Salah satu caranya sudah jelas, mereka harus berbenah dan berubah total. Karena praktis, fasilitas yang ada saat ini (termasuk layout sirkuit) sudah sangat jadul dan gak menarik. Tidak ada keunikan, ciri khas atau karakter sirkuit ini jika digunakan untuk balapan internasional. Kita berkaca pada dua sirkuit internasional lawas yang sudah berubah untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Kedua sirkuit tersebut adalah Albacete dan Kyalami.

Keduanya adalah sirkuit yang terakhir kali menggelar kejuaraan internasional selevel Superbike, lebih dari 5 tahun yang lalu. Tetapi posisi kedua sirkuit tersebut cukup berbeda, Albacete terletak di Spanyol, wajar kalau kurang populer karena fasilitas mereka tidak selengkap Jerez, Catalunya, Valencia, atau Aragon. Dengan berbagai renovasi pun, ajang balap yang bisa mereka hadirkan baru sebatas kejuaraan nasional.

Sementara Kyalami adalah ikon motorsport Afrika Selatan, khususnya untuk olahraga balap mobil (olahraga balap motor lebih akrab dengan sirkuit Phakisa). Sirkuit ini mengalami perubahan sejak dibeli oleh Porsche Afrika Selatan. Jutaan dollar dana dikeluarkan untuk merenovasi fasilitas dan perubahan layout sirkuit. Meski terlihat minor, tetapi layout sirkuit baru menawarkan konsep yang berbeda dibandingkan layout terdahulu.

Ngomongin soal Sentul lagi nih. Dengan kemunculan sirkuit Palembang untuk MotoGP, sepertinya Sentul harus menentukan konsep 'pasar' mereka mau seperti apa. Karena saya seorang desainer dan pecinta desain sirkuit (khususnya layout), maka saya hanya akan membahas tentang layout sirkuit Sentul 'JIKA SAYA ADALAH PEMILIK SIRKUIT TERSEBUT' dan mempunyai dana untuk mengubahnya, hehe.

Maka setelah pembahasan konsep, saya menentukan sirkuit Sentul akan menjadi kiblat dunia balap mobil di Indonesia dengan mengutamakan kecepatan. Pada dasarnya saya melihat layout sirkuit Sentul yang sederhana ini mirip dengan sirkuit Monza. Tetapi kenapa Monza lebih populer untuk balapan internasional?

Mengesampingkan tentang Italia sebagai salah satu pemain motorsport terbesar di dunia, Monza menawarkan konsep sirkuit cepat dengan variasi tikungan dan trek lurus panjang. Kita lihat ada dua chicane, satu triangle, dua tikungan kembar (Lesmo), satu tikungan melengkung panjang (Curva Grande), dan Parabolica. Hal itu jelas berbeda dengan Sentul yang minim variasi tikungan; 3 chicane & 2 double-apex-hairpin.

Lalu setelah melewati proses desain, saya membuat sirkuit yang cepat dan tidak lupa juga mengakomodasi untuk keperluan balap motor. Panjang sirkuit mungkin tidak berubah (atau malah berkurang 100-300 m tergantung konfigurasi yang digunakan), tetapi inilah layout yang saya suka. Bebas, lha wong ini sirkuit milik saya, hahaha.

Overall Layout hasil redesign

Hanya beberapa bagian yang diubah, diantaranya T3-4 dan sektor sekitar dua chicane di belakang sirkuit. Inti dari perubahan desain ini adalah membuat sirkuit tampak lebih melengkung karena akan membuat penonton layar kaca merasa balapan lebih cepat. Gak begitu paham atau tahu tentang teori terkait, tetapi trek melengkung menghasilkan laju kendaraan yang disorot kamera tampak lebih cepat (contohnya di sirkuit Imola antara Tosa-Piratella dan Variante Alta-Rivazza).

Lalu dari layout diatas bisa digunakan menjadi dua layout berbeda, dengan infield section untuk balap motor dan flat out back straight untuk balap mobil. Perbedaan layout ini menyebabkan sirkuit untuk balap mobil lebih pendek sekitar 250 m dari sirkuit balap motor. Kenapa layout sirkuit untuk balap mobil lebih sederhana dan cepat? Sebenarnya trek cepat adalah favorit untuk setiap olahraga bermotor (tetapi bukan stop-and-go juga lho ya) dan saya melihat apa yang terjadi di NASCAR saat mereka menggunakan layout yang sederhana, cepat, dan lebih pendek untuk event di Sonoma dan Watkins Glen.

Sirkuit Balap Mobil (layout orange) dengan panjang 3,7 km*

Sirkuit balap motor menggunakan infield section mengakibatkan sirkuit lebih lambat tetapi lebih banyak tikungan. Pas dengan konsep balap motor yang durasinya pendek sehingga harus mempunyai banyak kesempatan overtaking dan balapan menjadi menarik. Satu hal saya pelajari dari sirkuit cepat-lambat untuk balap motor-mobil adalah, balapan motor kalau kompetitif; di sirkuit apa saja balapannya bakalan menarik.

Sirkuit Balap Motor (layout orange) dengan panjang 3,9 km*

Pada akhirnya hal-hal seperti diatas mungkin tidak terjadi untuk sirkuit Sentul (renovasi dengan layout karya saya), tetapi saya berharap supaya sirkuit legendaris ini mampu bertahan di tengah persaingan dunia motorsport modern ini. Sepang, Buriram, Palembang, tiga sirkuit yang sudah dan akan mengovertake eksistensi sirkuit Sentul. (rz)

Analisis; Bedah Karakter Sirkuit MotoGP Jakabaring (Terbaru)

Beberapa bulan yang lalu saya sempat membahas karakter sirkuit MotoGP di Palembang berdasarkan rancangan sirkuit yang beredar di media sosial. Tetapi ternyata rancangan tersebut bukanlah rancangan yang sebenarnya dan pada 30 Oktober 2016 kemarin muncul rancangan yang lebih meyakinkan. Kenapa rancangan pertama 'kurang meyakinkan'? Karena desainnya mempunyai layout 3D dan muncul tidak lama setelah rencana Palembang menggelar MotoGP dipublikasikan.

Nah, desain terbaru mempunyai layout 2D sehingga lebih bisa dipahami dengan baik mulai dari panjang trek dan karakter tikungannya. Dalam rancangan tersebut juga tercantum panjang trek dan beberapa informasi 'standar dari arsitek' terkait.

Rancangan Sirkuit MotoGP Palembang dari Hermann Tilke

Saya suka rancangan Hermann Tilke kali ini. Karena ia merancang sirkuit dengan lebih memprioritaskan kebutuhan balapan motor daripada balapan mobil. Hal itu bisa dilihat dari karakter sirkuit yang cepat dan tidak adanya trek lurus panjang yang dilanjutkan dengan tikungan patah-sempit khas Tilke yang kita temukan dalam 2 sirkuit 'motor' terakhirnya (Buriram World Superbike dan Austin MotoGP). Dengan layout huruf S kita bisa lebih mudah memperkirakan panjang trek dengan membaginya menjadi 4 bagian (masing-masing sepanjang 1,075 km. Layout trek yang sederhana dan cepat ini mengingatkan kita dengan layout sirkuit Rio Hondo, Argentina.

Nah, satu-satunya tikungan lambat adalah T13 (tikungan terakhir) dengan karakter yang mirip dengan salah satu kompleks tikungan di Aragon. Yaitu kompleks 2 tikungan dengan 'entry corner' yang lebih cepat. Jadi manuver late breaking baru akan efektif di antara T12-T13 (menuju T13) dan bukan saat menuju T12.

Lalu layout sirkuit membentuk huruf S dengan lintasan melengkung panjang dan stadium section di bagian sirkuit lainnya, mengingatkan saya dengan desain yang sama di Shanghai, Phillip Island, dan Jerez. Terutama di bagian trek melengkung, akan sangat menarik karena jika dilihat panjang trek di bagian tersebut bisa sekitar 1 km, Kemampuan rider merebahkan motornya dalam jarak yang panjang dan dalam kecepatan yang tentu saja tinggi, sangat dipertaruhkan di bagian ini.

Stadium section, lintasan melengkung, dan kompleks dua tikungan akhir akan ditambah kompleks tikungan pertama yang sepertinya sangat menyenangkan untuk dilihat. Mulai dari T1-T2 dengan radius yang cukup lebar dan dilanjutkan chicane cepat terlihat seperti interpretasi lain dari desain serupa di sirkuit Le Mans. Kalau di Le Mans kita melihat straight 450 m ditambah trek melengkung panjang (dua apex dengan panjang sekitar 400 m) ditambah satu chicane lambat. maka di sirkuit Jakabaring ini diubah dengan satu straight panjang plus dua tikungan cepat yang lebih pendek dan satu chicane yang lebih cepat. Kombinasi straight dan tikungan seperti ini sepertinya belum pernah dipakai di sirkuit manapun di dunia (sirkuit Navarra, Spanyol hanya mempunyai kemiripan di straight hingga T2 saja).

Menurut rencana, MotoGP Indonesia 2018 akan digelar pada bulan Oktober atau pada penghujung musim saat persaingan sedang panas-panasnya (semoga). Sementara MotoGP di sirkuit cepat (Phillip Island, Mugello, Rio Hondo, Assen) terkenal lebih menarik daripada sirkuit-sirkuit lainnya. Setidaknya itu adalah jaminan bahwa MotoGP Indonesia di Palembang besok akan sangat menarik untuk ditonton!