Review MotoGP Assen 2016 - #AUSTRALIASSEN atau #JACKASSEN!

 #AUSTRALIASSEN atau #JACKASSEN!

Wow-wow-wow! Jika Assen bertemu hujan jawabannya jelas, DRAMA! 2 tahun yang lalu Marc Marquez juara di flag-to-flag race dengan selebrasi ikonik 'berenang' di atas motor. Satu setengah jam sebelumnya, Anthony West juga menjuarai race yang sangat dramatis di kelas Moto2. Itu adalah kemenangan kedua sepanjang karier West di Grand Prix, setelah 11 tahun di sirkuit dan kondisi yang sama, 2003 GP250 Assen!

Anthony West #95 Moto2 2014


Well, saat 5 pembalap terdepan di race pertama (termasuk Hernandez) DNF di race kedua, cerita race kali ini bukanlah 'poin maksimum' yang didapatkan Marquez, melainkan keajaiban Assen saat race basah. Sesaat setelah re-start, Jack Miller mampu menyodok ke posisi 4, jelas karena startnya sangat bagus. Beruntun setelah Dovi dan Vale crash, perhatian langsung ditujukan ke Jack Miller yang tepat berada kurang dari 1 detik di belakang Marc Marquez. Bisakah ia mengovertake MM93?

Done! Jack Miller (Jackass) memimpin (kira-kira) 8 lap terakhir lomba di depan Marc Marquez. Gap-nya melebar hingga 2,5 detik saat finish. Dia berhasil menjaga balapannya untuk tetap stabil dan menjaga jarak aman dengan Marquez. Di pikirannya mungkin, juara atau finish ke-2 di belakang Marquez gak masalah; yang penting finish tentu saja. Podium hanya bonus!

Beruntung Marc terlihat lebih memilih menjaga poin kejuaraan dan tidak beresiko untuk bertarung terbuka dengan Jack. Terlebih dua kompetitornya tampil buruk di race kali ini. 20 poin dari Assen cukup membawanya kokoh di puncak klasemen dengan keunggulan 24 angka dari Jorge Lorenzo. Berturut-turut posisi 3 besar dihuni oleh Marc (145), Jorge (121), dan Vale (103). 

Kemenangan Jack lebih 'spesial' dibandingkan kemungkinan Hernandez juara saat race pertama. Jack, orang Australia, mempunyai 'kelas' tersendiri saat bertarung di Assen yang basah. Saat Hernandez memimpin di race pertama, saya tidak terbayang siapa-siapa. Tetapi saat itu Jack, saya langsung terpikirkan oleh Anthony West! Kemenangan Jack Miller di Assen ini juga yang pertama di luar 'pembalap top' pasca Ben Spies juga menang di Assen 2011.

Assen is home for West. Wait, West or Wet? #JackAssen

Assen adalah tempat yang sangat bagus untuk pembalap Australia, terutama saat ia basah. Tetapi berbeda cerita dengan Assen yang basah untuk pembalap Italia musim ini. Vale, Dovi (juga Iannone) crash, Petrucci gagal teknis. Tidak ada yang patut untuk disalahkan selain diri sendiri saat jatuh di race yang basah. Semua pembalap pasti memahaminya. Dan hasil seri ini mengingatkan saya dengan race 2008. Waktu itu Rossi jatuh di hairpin dan tebak siapa yang juara... Casey Stoner!

Khusus untuk Rossi nih. Karena Jorge tampil buruk dan hanya finish di P11 (5 poin), setidaknya Vale tidak terlalu menyesali hasil race Assen kali ini. Sial memang bisa menimpa siapa saja, termasuk kesialan ketiga (DNF) dalam 8 seri awal di musim ini. Tetapi saat rival cuma dapat 5 poin, not bad lah...

Jarak poinnya dengan Marquez kini menjadi 42 poin, tetapi justru Vale harus tampil lebih kalem dan santai saja, musim masih panjang! Ingat 10 tahun yang lalu saat Vale berhasil menyalip poin Nicky Hayden setelah sempat tertinggal 51 poin di tengah musim. Apa solusinya? Vale membalap dengan tanpa beban apapun. Ia tampil santai, tidak lagi DNF dan akhirnya dapat durian runtuh di seri Portugal. Kesalahan di seri Valencia jelas karena ia tertekan dan tidak tampil apa adanya saja alias penuh beban.


#Rekor Jack Miller
  1. Juara seri MotoGP Dutch TT pertama yang digelar di hari Minggu.
  2. Pembalap tim satelit/independen pertama yang menjuarai seri MotoGP setelah Toni Elias (MotoGP Portugal 2006, Fortuna Honda Gresini).
  3. Aussie ketiga yang menjuarai seri MotoGP modern setelah Casey Stoner dan Chris Vermeulen. Uniknya kemengan Jack dan Chris sama-sama diraih di race basah.
  4. Rider Honda ke-14 yang menjuarai seri MotoGP setelah Rossi, Ukawa, Barros, Gibernau, Biaggi, Tamada, Hayden, Melandri, Pedrosa, Elias, Dovizioso, Stoner, Marquez.
  5. Rider non-unggulan pertama yang juara seri MotoGP setelah Ben Spies di Assen 2011.

Tentang Jack Miller pasca #JackAssen

Jack Miller sempat kalah dari Alex Marquez di perebutan gelar juara dunia Moto3 2014. Tetapi sebelum Marquez junior tembus ke MotoGP atau paling tidak podium di Moto2, Jack sudah juara seri MotoGP, hehe. Prestasi Jack di Dutch TT 2016 ini jelas pertanda saat ini ia adalah rider Honda terbaik setelah Marc Marquez dan Dani Pedrosa (mungkin setara Cal Crutchlow juga sih). Jack pantas mendapat dukungan factory bike untuk dua musim kedepan 'sebelum' ia menggantikan Dani Pedrosa di tim Repsol Honda (semoga saja ya).

Penjelajah Sirkuit - Circuit International Automobile Moulay El Hassan

Circuit International Automobile Moulay El Hassan atau lebih dikenal dengan nama Marrakech Street Circuit adalah sirkuit jalan raya 'rumah' dari kejuaraan balap mobil WTCC seri Maroko sejak 2009. Selain digunakan untuk WTCC, sirkuit ini juga pernah digunakan untuk kejuaraan Formula 2 dan AutoGP (kejuaraan yang menggunakan mobil ex-A1GP 2005-2008).

Layout Trek 2009-2015 via racingcircuits.info

Antara 2009-2015, sirkuit ini menggunakan layout sederhana berbentuk setengah paperklip dan segitiga runcing. Trek sepanjang 4,5 km tersebut didominasi oleh straight lurus dan chicane. Lap record untuk sirkuit ini dicetak oleh Narain Karthikeyan (AutoGP 2013) dengan catatan waktu 68,45 detik.

Untuk musim balap 2016 sirkuit ini mengalami perubahan cukup signifikan dengan 'membuang' sebagian besar trek jalan raya berbentuk oval paperklip dan menggabungkannya dengan jalanan baru di sekitar triangle dan kompleks paddock. Total panjang sirkuit hanya tersisa 2/3-nya saja atau sekitar 3 km. Revisi layout ini dikerjakan oleh desainer sirkuit kenamaan, Hermann Tilke. Status sirkuit kini menjadi FIA Grade 2 'Semi-Permanent' karena area paddock dan sekitarnya merupakan bangunan permanen untuk sirkuit ini.

Layout Trek 2016 via racingcircuits.info

Trek baru ditunjukkan oleh garis hijau, mengelilingi
kompleks paddock yang ditandai oleh garis kuning.


Poor me! Saya sempat mempertanyakan sirkuit apa yang akan digunakan untuk balap Formula E Maroko akhir tahun ini. Dan ternyata sirkuit sepanjang 3 km inilah yang akan digunakan untuk Marrakech ePrix**. Ini murni kesalahan saya yang 'telat' mengupdate info tentang renovasi sirkuit Marrakech.

Tujuan utama renovasi sirkuit Marrakech ini sebenarnya untuk meningkatkan animo motorsport lokal karena dengan 'pengecilan' sirkuit ini membuat penggunaan trek bisa diperpanjang hingga 1 tahun penuh. Bukan hanya satu bulan saja saat ada event WTCC di Marrakech. Perubahan layout juga mengakibatkan perubahan karakter sirkuit menjadi lebih teknikal, ini jelas sebuah kemajuan karena sirkuit tidak melulu sekedar trek lurus atau chicane. Sirkuit teknikal membuat kemampuan pembalap lebih terasah.

Sebagai bonus, mari kita saksikan race WTCC Maroko 2016 yang digelar pada 8 Mei lalu. Cekidot!





Well, ini sangat menarik. Melihat tahun 'kelahiran' sirkuit ini, 2009, saya menjadi teringat dengan sirkuit yang muncul di tahun yang sama, Lippo Village Street Circuit yang 'mati' sebelum benar-benar hidup. Menyedihkan.

Spesial; 6 Sirkuit Baru Untuk Formula E Musim Depan!

Sebagai pecinta sirkuit jalan raya, kemunculan kalender balap Formula E selalu saya tunggu-tunggu tiap musimnya. Dan untuk musim ketiga Formula E (2016-17) terdapat 4 balapan lebih banyak dibanding musim ini (2015-16), dan dari 12 sirkuit yang digunakan; separuhnya adalah sirkuit baru! Wow.


Draf Kalender Formula E 2016-17

Musim depan akan berlangsung selama 14 balapan di 12 sirkuit, New York dan Montreal masing-masing akan menggelar 2 seri. Keduanya merupakan sirkuit baru yang bergabung dengan seri Marrakesh, Hong Kong, Singapura, dan Brussels sebagai pendatang baru di Formula E musim depan. Sirkuit jalan raya Monaco juga melakukan comeback setelah setahun absen. Sementara itu seri Beijing, Putrajaya, Uruguay, dan London tidak termasuk di kalender musim depan.

YANG HARUS CABUT

Khusus untuk seri Beijing, ini adalah kali ketiga ibukota China tersebut ‘gagal’ merawat suatu balapan lebih dari dua musim. Ingat ‘percobaan’ mereka menggelar balapan internasional di sirkuit jalan raya  seperti A1GP dan Superleague Formula yang selalu gagal bertahan lebih dari dua musim. Sirkuit ePrix di sekitar kompleks Olimpiade 2008 sebenarnya cukup bagus, lebih bagus dari dua sirkuit jalan raya Beijing sebelumnya. Hanya mungkin, animo penonton yang masih sangat kurang.

Secara mengejutkan seri Malaysia di Putrajaya juga harus disingkirkan demi seri Singapura. Setelah Kuala Lumpur gagal menggelar Supercars musim ini, Putrajaya juga harus angkat kaki dari ePrix. Lalu sirkuit Punta del Este di Uruguay yang bukan merupakan favorit saya juga harus cabut. Layoutnya aneh, sama seperti seri Berlin di Tempelhof Airport, untunglah keduanya tidak lagi masuk di kalender. Dan terakhir tentang sirkuit Battersea Park di London, suasana di taman legendaries tersebut sangatlah baik. Sayang trek yang dihasilkan sangat sempit.

YANG HARUS DISAMBUT

Dari 6 seri baru ePrix musim depan, saya kira semuanya adalah sirkuit baru; termasuk untuk seri Singapura dan Marrakesh. Kenapa? Karena penjadwalan kedua seri tersebut ‘berjauhan’ dengan ajang balap utama di tempat yang sama. Seri Singapura dan Marrakesh tidak seperti seri Long Beach dan Monaco yang digelar beberapa minggu sebelum acara utama, yaitu IndyCar Long Beach dan F1 GP Monaco.

Marrakesh yang dikenal menggelar WTCC di awal tahun, akan menjadi tuan rumah ePrix di akhir tahun, tepatnya pada tanggal 12 November 2016. Sementara Singapura yang rutin menggelar F1 tiap bulan September akan menggelar ePrix pada tanggal 22 April 2017. Seri ePrix Singapura pada bulan April, berimbas atau merupakan imbas F1 Singapura 2017 dimajukan ke bulan Mei? No, saya rasa F1 Singapura sudah nyaman berada di bulan September. Memajukan seri hingga bulan Mei berarti memperpendek jarak antara GP musim ini dan musim depan. Agak merepotkan dalam urusan persiapan sirkuit jalan raya yang terkenal ribet, apalagi untuk balapan malam di Singapura. Baru sebulan katakanlah selesai dibongkar, eh harus dibangun lagi. Kecuali kalau mau repot sih gakpapa, hehe. Mari kita tunggu kalender F1 musim 2017.

Next, seri Hong Kong adalah Brussels seri yang paling layak untuk kita tunggu. Kenapa? Karena kota atau negara tersebut tidak terlalu ‘familiar’ dengan ajang balapan di sirkuit jalan raya, meskipun sebenarnya Spa-Francorchamps (dulu) adalah sirkuit jalan raya.


Hong Kong akan menjadi seri pembuka, menggantikan Beijing, pada tanggal 9 Oktober 2016. Trackmap dan beberapa foto mengenai sirkuit jalan raya mereka sudah dipublikasikan. Trek sepanjang 2 km akan dibangun antara Lung Wo Road dan Star Ferry. Meskipun dekat dengan’perairan’, sirkuit ini tidak akan seperti sirkuit Macau yang legendaries, melainkan tetap seperti sirkuit Beijing.




Begitupun seri ePrix di Brussels. Kemungkinan besar sirkuit akan dibangun dekat dengan stadion King Badouin dengan wujud seperti sirkuit ePrix di Berlin 2016. Hmm…




Dan dua seri terakhir akan berlangsung di kota yang sudah akrab dengan motorsport, New York dan Montreal. Belum ada konfirmasi layout dan lokasi trek karena kedua seri tersebut baru akan dilakukan di bulan Juli 2017 atau tepat di akhir musim. Tetapi yang pasti, kedua kota tersebut akan menghadirkan sirkuit jalan raya yang benar-benar baru. Patut untuk ditunggu!

Update (25/6/2016) - Sirkuit jalan raya Marrakech sudah mengalami perubahan untuk balapan tahun ini (WTCC dan Formula E). Sirkuit tersebut mengalami perubahan layout dan karakter menjadi lebih teknikal. Proyek renovasi ini didesain oleh Hermann Tilke. Panjang sirkuit menjadi  tersisa 2/3-nya saja atau sekitar 3 km. Khusus untuk perubahan layout sirkuit ini bisa disimak di post 'Penjelajah Sirkuit' terbaru.

Penjelajah Sirkuit - Bangsaen Street Circuit

Saya adalah tipe pecinta motorsport karena faktor sirkuit. Maksudnya, saya suka apapun itu jenis balapnya kalau dilakukan di sirkuit yang baru saya kenal. Seperti tahun 2015 lalu saya baru mengenal sirkuit Kuala Lumpur (Malaysia), Mine (Jepang), Hengelo (Belanda), dan Ahvenisto (Finlandia). Saya tidak mempedulikan hasil atau jalannya balap di sirkuit-sirkuit itu karena saya hanya ingin melihat bagaimana wujud sirkuit yang baru saya kenal tersebut.

Nah, 2016 ini masih agak seret. Setidaknya hanya 2 sirkuit baru yang saya kenal hingga bulan Mei 2016, yaitu sirkuit jalan raya di Paris dan Berlin. Keduanya adalah sirkuit kategori FIA Grade 3 untuk balapan Formula E. Sama seperti sirkuit ePrix yang baru dikenalkan tahun lalu, saya belum menemukan sesuatu yang spesial dari sirkuit-sirkuit tersebut. Masih biasa saja.

Bangsaen Street Circuit Trackmap




Masuk di bulan Juni, saya akhirnya mengenal sirkuit jalan raya Bangsaen di Chonburi, Thailand. I
ni sirkuit lama tetapi baru saya kenal beberapa hari terakhir. Suasananya unik, mirip seperti Macau tetapi 'khas' Asia Tenggara banget. Bukan berlatarbelakang kota besar dengan banyak gedung pencakar langin seperti di KL, atau suasana taman seperti di Lippo Village. Bangsaen lebih kental nuansa kota tradisional Thailand di pinggiran laut. Sirkuit ini digunakan untuk balap mobil touring car dan GT di Thailand Super Series.

Bangsaen adalah 'hidangan pembuka' yang sangat bagus untuk kemudian kita menikmati sajian sirkuit jalan raya dengan ciri khas yang cukup kuat, Baku Street Circuit...

Channel Youtube - Thailand Super Series


Review MotoGP Catalunya 2016 – Catalunya Berwajah Dua!

Dua dari 3 pembalap terbaik abad 20, satu lainnya alm. Daijiro Kato...


SEBELUM RACE

Semua pasti setuju kalau sirkuit Catalunya adalah salah satu sirkuit terbaik di MotoGP, sejajar dengan Assen, Jerez, Mugello, Phillip Island, Sachsenring, dan Laguna Seca*. Saat banyak pembalap kompetitif, sudah bisa dipastikan akan terjadi race yang menarik dan ketat. Tetapi sirkuit ini juga mempunyai potensi bahaya yang cukup besar.

Saya pertama kali menyadari potensi tersebut saat melihat foto satelit sirkuit Catalunya sekitar 8 tahun yang lalu. Ternyata run-off di luar tikungan 11 dan 12 (stadium section) sangat dekat dengan lintasan, jaraknya hanya sekitar 12-20 meter saja. Jarak yang cukup dekat seperti itu agak susah disadari kalau kita menonton race dari angle kamera yang berada di sisi lintasan.

Dan mungkin saya setuju dengan headline berita media online di Indonesia yang menyebutkan ‘Catalunya Memakan Tumbal’. Karena memang tinggal menunggu waktu saja kejadian seperti itu terjadi di MotoGP. Motor yang semakin kencang dan kompleks terkadang menciptakan banyak hal tidak terduga seperti kecelakaan Luis Salom di tikungan 12.

Saat merasa nyaman di satu trek (yang sebenarnya tidak aman) dalam waktu yang cukup lama, terkadang safety menjadi hal yang tidak begitu terpikirkan. Mungkin dalam 15 tahun terakhir hanya sirkuit Suzuka lah yang di-cap sebagai trek yang tidak aman. Ironisnya klaim tersebut muncul setelah Suzuka ‘memakan tumbalnya’. Dan hal yang sama juga terjadi di Catalunya. Wajah Catalunya yang kedua akhirnya muncul!

MotoGP bergerak cepat dengan langsung memakai layout trek F1 untuk 2 hari terakhir Catalan GP 2016. Meskipun layout tersebut sempat diprotes oleh duo Movistar Yamaha, toh akhirnya justru Vale yang keluar sebagai juara, mengalahkan rider terbaik Honda yang merasa lebih cocok dengan layout F1.

Sebelum race Catalan GP, saya selalu merasa catatan waktu atau pencapaian pembalap di warm-up adalah hal yang tidak berguna. Tetapi kemudan saya mengoreksinya. Vale yang sempat tercecer di awal sesi di layout F1, termasuk di kualifikasi, membuktikan kualitasnya di warm-up dengan menjadi pembalap tercepat.

RACE MOTOGP

Saat race dimulai, ‘penyakit’ lama Vale muncul lagi, start yang buruk. Waktu itu saya tidak yakin kalau Vale akan bisa memenangi race kali ini. Hingga akhirnya Vale berhasil meraih posisi 4 dan semakin mendekatkan jarak dengan Pedrosa, optimisme saya muncul lagi.

Dalam beberapa lap Vale berhasil mengambil alih pimpinan lomba dari Lorenzo, yang akhirnya malah harus DNF, dan konsisten memimpin 0,4 detik dari Marc Marquez.  Lima lap terakhir barulah terjadi pertarungan yang selama ini ditunggu-tunggu publik Catalunya. Marc mengambil alih P1 di trek lurus, Vale mengambil lagi posisinya di T1, Marc mencoba lagi di T10, tapi disalip lagi di exit, kali ini Marc yang menang di T1, dan Vale membalasnya di tempat yang sama 1 lap kemudian ; 6 manuver dalam battle keduanya cukup menghibur seluruh penggemar MotoGP siang itu.

Meskipun tidak seketat race 2009, pemenang di tentukan di tikungan terakhir, tapi race kali ini membuktikan, salah satunya adalah, kematangan Marc Marquez melihat situasi. Dia sempat melebar di tikungan 7 yang membuatnya gagal menjuarai race kali ini, meskipun masih tersisa 1,5 lap lagi. Marc memilih untuk lebih santai dan akhirnya finish 2,6 detik di belakang Vale.

REKONSILIASI

Di raceday terburuk abad 20 (karena ada pembalap yang meninggal 2 hari sebelum raceday), Vale menang, Marc lebih dewasa, dan Jorge DNF; tidak ada yang lebih baik selain rekonsiliasi. Vale berjabat tangan dengan Marc di parc ferme, ngobrol di podium, dan ngobrol lagi saat press-con, saya rasa Vale sudah menemukan ‘waktu yang tepat’ untuk berdamai dengan Marc.

Bicara soal insiden Sepang Clash tahun lalu dan segala teori konspirasi yang dikemukakan oleh Vale, saya rasa itu semua adalah ‘murni kesalahan’ Vale dalam berstrategi. Tuduhan Marc membantu Jorge hanyalah trik psikologis yang mengandung pesan bahwa ‘jangan ganggu pertarungan kita (Vale vs Jorge). Pesan itu ditujukan untuk semua pembalap, terutama Marc yang masih muda.

Tapi saat race trik tersebut justru berubah menjadi ‘senjata makan tuan’. Saya rasa Vale berpikir ‘gile lu Marc, gak ngerti-ngerti juga maksud gue kemarin’ dan ‘masa sih bener Marc bantu Jorge ?!’.  Puncak dari rasa emosi dan kekhawatiran tersebut adalah jatuhnya Marc…

Soal race Valencia 2015, saya rasa beban terberat justru ada di pundak Marc. Dia bisa menentukan siapa yang akan juara dunia musim itu. Marc menang, Vale juara ; Marc kalah, Jorge juara. Dan yang harus dicermati adalah, Jorge selalu tampil agresif di Valencia, di race yang sangat menentukan.  Ingat Valencia 2013.

Bisa dipastikan kalau Marc juga tampil agresif dengan bertarung terbuka dengan Jorge, justru akan meningkatkan potensi crash diantara keduanya. Siapa yang dirugikan?  Dan kalau Marc tidak agresif, tidak berani menyalip Jorge, siapa yang dirugikan?  Saya rasa Vale juga mengetahui kondisi tersebut.

Memasuki musim baru, harus ada momen rekonsiliasi. Peran media dan fans berhasil membuat kejadian musim lalu menjadi sangat buruk untuk hubungan Vale dan Marc. Dan MotoGP Catalunya adalah momen yang tepat untuk Vale ‘meminta maaf’ kepada Marc. Karena Marc sukses dijadikan kambing hitam kegagalan Vale di akhir musim 2015 lalu. Senang rasanya melihat keduanya bisa akrab lagi, dan bertarung sengit di lintasan dengan penuh respect.

Tentang Red Bull KTM MotoGP 2017 (Part 2) dan Waktu yang Tepat Untuk Pindah Tim!

Akhirnya Red Bull turun gunug juga!


Hola!

Saya pernah menulis tentang tim Red Bull KTM ini, Oktober 2015 lalu, saat tim baru saja mempublikasikan wujud motor mereka untuk MotoGP 2017. Delapan bulan kemudian tim ini sudah memastikan skuad dua pembalap mereka untuk debut (kedua) mereka di MotoGP.

Yamaha Tech 3 mencapai kesuksesan di MotoGP 2012 bersama pembalap Andrea Dovizioso dan Cal Crutchlow. Sayang kerjasama itu hanya bertahan satu musim saja karena Dovi memilih untuk 'pulang kampung' ke Ducati pada 2013. Setahun berselang giliran Cal yang ikut pergi ke Ducati, reuni singkat dengan Dovi, sebelum akhirnya pindah lagi ke LCR Honda.

Tetapi musim depan lebih spesial. Skuad Yamaha Tech 3 musim ini akan pindah bersama-sama ke Red Bull KTM musim depan. Smith dan Pol meninggalkan Monster demi Red Bull...

Keputusan keduanya untuk pindah menurut saya adalah keputusan yang baik. Mereka berdua masing-masing menghabiskan 4 dan 3 tahun di Yamaha Tech3 sejak debutnya di MotoGP. Dalam jangka waktu seperti itu, saat pembalap belum juga bisa berprestasi, pindah tim adalah opsi terbaik. Ada kalanya sukses bisa didapat di tempat lain bukan?

Dari sekian banyak pembalap MotoGP di grid saat ini, terhitung hanya Jorge Lorenzo, Marc Marquez dan Dani Pedrosa saja yang sangat setia dengan satu tim. Valentino Rossi tidak termasuk dalam daftar tersebut, meskipun sudah 11 tahun membela Yamaha, Vale pernah 4 tahun di Honda dan 2 tahun di Yamaha. Peristiwa pindahnya Vale dari Honda yang superior ke Yamaha yang lemah 12 tahun lalu adalah cerita terbaik sepanjang masa di MotoGP modern.

Ada pengecualian tambahan sebenarnya untuk Jorge yang akhirnya musim depan akan pindah ke Ducati, mengakhiri 9 tahun kerjasamanya dengan Yamaha.

11 tahun, 9 tahun, tetap tidak akan bisa mengalahkan kesetiaan Dani Pedrosa ke Honda (16 tahun) atau Marc Marquez dengan Repsol (sejak meniti karier di CEV). Perpanjangan kontrak Marc dengan HRC hingga 2018 membuat dirinya akan membalap untuk Repsol Honda selama 6 tahun. Catatan yang cukup bagus!

Eh tapi ada satu lagi cerita tentang kesetian yang lebih mengagumkan. Tentu saja dari Jepang! Bahkan hampir mayoritas pembalap Jepang setia dengan tim atau brand yang membesarkan namanya. Misalnya saja Tadayuki Okada, Akira Yanagawa, dan alm. Norick Abe.

Khusus untuk yang terakhir, saya kagum banget, Norick Abe setia dengan Yamaha sejak 1994 hingga menjelang akhir hayatnya (2007). Meskipun sebenarnya ia memulai karier di All Japan bersama Honda sih...

Analisis: Spanyol Mulai Luntur?

Jumlah mereka masih banyak, tetapi yang di depan semakin sedikit.


Oke, menjelang seri ke-7 MotoGP musim 2016, saya rasa ini adalah waktu yang tepat (meskipun sebenarnya saya juga baru menyadarinya) untuk mengatakan bahwa dominasi Spanyol sudah mulai luntur!

Saya tentu tidak berbicara tentang kelas MotoGP yang masih dikuasai Jorge Lorenzo dan Marc Marquez. Begitu pula Dani Pedrosa, Maverick Vinales dan Aleix Espargaro yang masih kuat di baris kedua. Tetapi memang kenyataannya, di kelas junior, terjadi penurunan prestasi (atau dominasi) pembalap Spanyol.

Lihat saja di klasemen Moto2. Hanya ada nama Alex Rins yang mengisi posisi 5 besar. Pembalap Spanyol terbaik lainnya, Luis Salom, berada di posisi ke-10. Berturut turut setelah itu ada Axel Pons (12), Julian Simon (21), dan Alex Marquez (22). Menarik saat melihat dua juara dunia GP125/Moto3 terlempar diluar 20 besar.

Lalu di kelas Moto3, Jorge Navarro juga berada di posisi kedua klasemen, 6 posisi lebih baik dari pembalap Spanyol lainnya, Joan Mir (rookie). Berturut-turut setelah itu ada Aron Canet (15/rookie), Juanfran Guevara (16), Jorge Martin (21) dan Maria Herrera (26).

Secara jumlah partisipan di masing-masing kelas, Spanyol memang masih mendominasi. Rata-rata ada 8 pembalap per kelasnya. Jumlah rookie lulusan CEV Repsol pun masih cukup bagus, 2 di Moto3 dan 4 di Moto2.

Tapi memang secara keseluruhn mereka sudah tidak mendominasi lagi. Tidak ada lagi 3-4 pembalap Spanyol yang bertarung sengit di pack terdepan lomba atau di klasemen. Semua lebih cair. Makin banyak pembalap dari negara lain yang ikut bersaing, termasuk Malaysia.

Sudah sejak dulu Spanyol menggilai balap motor (GP) lebih dari ajang balapan lainnya, termasuk World Superbike. Sirkuit-sirkuit permanen bertaraf internasional mulai muncul hingga Valencia (1999) lalu Aragon (2010). Kejuraan domestik dan internasional rutin digelar untuk meningkatkan mutu motorsport mereka. Tetapi dari semua usaha itu, mereka baru bisa meraih prestasi tertinggi saat Alex Criville memenangi GP500, tepat setelah Mick Doohan pensiun. Di tahun yang sama, Emilio Alzamora (GP125) juga meraih gelar juara dunia.





Dua kemenangan bersama di 1999 itu terbukti mampu melecut semangat Spanyol sehingga mampu mendominasi MotoGP lebih dari 15 tahun. Dani Pedrosa, Jorge Lorenzo, Alvaro Bautista, Julian Simon, Marc Marquez, Nicolas Terol, Maverick Vinales, Tito Rabat, dan Alex Marquez adalah juara-juara dunia asal Spanyol setelah era Alzamora-Criville.

Tidak bisa dipastikan apakah dominasi yang mulai meluntur tersebut hanya berlangsung musim ini atau sampai musim-musim selanjutnya, yang pasti Spanyol masih sangat antusias di olahraga ini. 17 pembalap di kelas Moto2 dan Moto3 jauh lebih banyak dari seluruh pembalap Asia yang ada musim ini. Mereka tetap menyalurkan bakat-bakat terbaik di negara mereka di MotoGP. Dan mungkin saja di tahun-tahun mendatang mereka bisa menang lagi, mendominasi lagi. Siapa yang tahu?

Yang terpenting adalah MotoGP harus selalu kompetitif tiap tahunnya!