Analisis Konflik Rossi-Marquez, Konflik Yang Muncul Tanpa Disengaja, Bukan Konspirasi!

Stop kebencian & dukung Vale 100%!


Respon fans pasca konflik Valentino Rossi dan Marc Marquez semakin tidak terkendali. Bahkan sampai mensyukuri jika Marc, Jorge, atau siapapun yang mungkin terlibat saat mereka crash atau terjatuh, dan berdoa supaya hal tersebut lebih sering terjadi di musim-musim depan. Buruk.

Hal tersebut sangat disayangkan karena cukup mencederai sportifitas di kalangan pendukung dan cukup ‘jahat’. Lalu apa bedanya kita dengan mereka kalau sama-sama ‘jahat’?

Saya selalu terbuka menerima banyak opini dan perspektif. Lalu untuk tulisan ini saya sedikit mengubah perspektif saya mengenai kejadian di Phillip Island hinga Valencia kemarin.

Bagaimana kalau semua kejadian yang berujung konflik tersebut muncul karena tidak disengaja ? 100% tidak disengaja.

Anggap saja Vale hanya ingin sedikit ‘memprovokasi’ lawannya dengan trik psikologis di GP Malaysia lalu. Ia mengungkap semua pandangannya tentang kejadian di Australia dengan tujuan  ‘memperingatkan’ Marc tentang aturan tidak tertulis.

Ia mungkin merasa pembalap yang berpotensi mengganggu battlenya dengan Jorge hanyalah duo Repsol Honda, yang justru tampil kompetitif di akhir musim. Dani Pedrosa sudah 30 tahun, kemungkinan besar ia sudah memahaminya. Yang tersisa cuma Marc, si pembalap muda yang kemungkinan belum terlalu paham. Oleh karena itu Vale ‘menyerangnya’ saat itu.

Kejadian di Phillip Island, menurut penjelasan Honda adalah Marc Marquez yang tidak ingin kejadian buruk di PI dua musim sebelumnya terulang kembali. Meskipun Marc tampil sebagai pole sitter, ia ingin tampil santai di race, menjaga ritme balap dan keausan ban, dan merencanakan serangan di akhir lomba.


Sialnya dengan strategi itu, saat balapan justru Marc ‘bergabung’ dengan Vale dan Iannone yang juga kompetitif. Mau tidak mau terjadilah battle ketat antara ketiganya plus Jorge di akhir lomba. Dan akhirnya munculah penilaian Vale (plus diamini Iannone) tentang race tersebut adalah ‘Marc ingin mendukung Jorge dengan menghambat kita di rombongan’. Mulai terlihat strategi menjaga ritme balap dan keausan ban di seri ini justru berakibat ‘fatal’ untuk Marc.
Next stop, GP Malaysia. Marc dituduh sengaja memberi jalan untuk Jorge dan sekali lagi menghambat Vale. Ceritanya di T4 saat ia melebar dan disalip Jorge. Ia pun kehilangan beberapa waktu (melorot hingga 2 detik). Celakanya lagi, di belakangnya kini The Doctor. Marc tampil secara maksimal saat bertarung dengan Vale. Itulah hal yang biasa dilakukan Marc tiap balapan.
Tetapi tidak untuk hari itu, kecepatan dan keagresifan Marc tersebut justru menimbulkan rasa frustasi bagi Vale. Ia mungkin terbayang, apakah prasangka yang ia kemukakan 3 hari sebelumnya akan terbukti benar? Apakah Marc tidak bisa mengerti apa maksud ucapan Vale adalah sebuah peringatan?
Dan akhirnya terjadilah insiden di lap ke-7. Vale melebar dan Marc tetap memaksa merebahkan motornya, padahal disitu tepat berada motor Vale. Saya kira maneuver ini tidak terlalu cerdas karena membahayakan kedua belah pihak. Marc mungkin belum mengerti peringatan Vale (the unwritten rules) dan ia tetap push 100%. Dan terjadilah crash.
Pasca GP Malaysia, semua sepakat untuk memulai hal yang baru di GP Valencia. Tetapi sekali lagi, sebuah kejadian semakin memperjelas tuduhan Valentino Rossi adalah benar adanya. Marc stuck di belakang Jorge sepanjang lomba. Tidak sekalipun ia melakukan percobaan overtaking meskipun gap keduanya hanya 0,3 detik saja. Honda sendiri berdalih hal tersebut disebabkan masalah di roda depan motor mereka.

Saya kira waktu itu tekanan paling besar justru dihadapi Marc. Jika ia memaksa overtake di saat Jorge sedang 100% mengejar gelar, dan hal buruk terjadi (misal Jerez 2013); tentu ia adalah sasaran utama kemarahan atas kegagalan Jorge. Tetapi jika tidak bertindak apapun, sekali lagi justru semakin membuktikan tuduhan Vale adalah benar. Situasi yang sangat tidak menguntungkan.

Puncak dari segala kontroversi adalah ketika Marc sangat agresif merebut posisinya kembali setelah tiba-tiba disalip oleh Pedrosa. Fans semakin mempertanyakan kenapa Marc tidak sekalipun mencoba menyalip Jorge? Padahal gapnya cukup dekat dan sirkuit Valencia (yang sempit dan pendek) masih sangat memungkinkan untuk menyalip (dibuktikan aksinya dengan Pedrosa tersebut dan Vale yang menyalip 21 pembalapd alap 13 lap).

Apakah Marc segan menyalip Jorge? Apakah semakin terbukti kecurigaan Vale? Meskipun berdalih problem di ban depan adalah penyebabnya, rasanya fans akan tetap sulit menerima fakta tersebut. Dan  saya rasa ‘kebencian’ terhadap Marc dan Jorge pun memuncak dan berlanjut hingga tahun-tahun setelahnya.

Dengan melakukan analisis seperti diatas semakin memperluas perspektif saya mengenai konflik antara Vale dan Marc. Konflik yang muncul karena suatu hal yang mungkin tidak disengaja. Yang saya sayangkan hanyalah kejadian di Sepang saat Marc ‘tidak memahami’ arti peringatan Vale. Mungkin karena ia masih sangat muda dan belum mengerti tentang ‘The Unwritten Rules’. Karena susah juga sengaja mengalah untuk duo Yamaha di saat motor Honda-nya berada di kondisi terbagus.
Vale dan Marc, dua sahabat yang kini ‘berseteru’ dan memungkinkan terciptanya Max baru bernama ‘MAX MARQUEZ’.


Note: Marc terbiasa tampil cepat dan agresif, karena tidak ada aturan yang melarang hal tersebut. Tetapi kebiasaan tidak selalu bisa dijadikan sebagai patokan kebenaran, karena arti sebuah kebenaran terkadang sangat tidak terbatas. Marc masih cukup muda dan perlu belajar banyak hal. Ia cuma sial musim ini...


News: The New Kyalami!

Update motorsport kali ini datang dari renovasi sirkuit Kyalami. Foto dari Google Maps memperlihatkan bagaimana layout sirkuit ini sekarang.





Home straight lebih 'panjang'

Chicane yang terbuang...

Unik juga kalau lihat foto sirkuit di google maps. Ada beberapa yang updatenya cepet, ada juga yang bertahun-tahun fotonya gitu aja terus. Misal Kyalami yang belum setahun direnovasi aja foto petanya udah langsung update. Sementara Silverstone yang sudah berubah sejak 2010 fotonya di google maps sekarang masih versi yang lama.

Layoyt lawas Kyalami dengan Chicane (T12)

Sirkuit Kyalami adalah sirkuit paling populer di Afrika Selatan dan pernah menggelar MotoGP, Formula 1, World Superbike dan A1GP. Ajang internasional terakhir yang digelar di sirkuit ini adalah World Superbike 2010.

Porsche x Kyalami

Juli 2014 sirkuit ini resmi dijual kepada Porsche South Africa seharga 205 juta Rand. Setelah itu langsung dilakukan perombakan sirkuit dengan fokus utama 4 apex pertama sirkuit. Terlihat setelah renovasi, Kyalami kini memiliki 5 apex di sektor pertama. Selain itu perubahan minor di chicane sebelum last corner yang kembali dihilangkan sehingga sekarang hanya berupa ‘kink’ saja. Juga perubahan T11 (Continental yang 'dimasukkan' lebih dalam lagi) yang membuat 2 short straight di sekitarnya menjadi lebih melengkung.

Apakah dengan renovasi ini event balap kelas dunia akan kembali lagi ke Afrika Selatan?

Mungkin saja! Tetapi kemungkinan besar terbatas untuk balap mobil dan balap Superbike. Karena untuk MotoGP sepertinya masih kurang aman, terlihat dari run-off area yang masih cukup sempit di beberapa tikungan cepat. Tetapi apapun itu, semoga Afrika Selatan kembali mewarnai dunia balap internasional lagi! Amin. (rz)

REVIEW MotoGP Valencia 2015: #Lorenzo+KentCHAMP

  
#LorenzoChamp

TAMAT. MotoGP 2015 resmi berakhir dengan peresmian gelar juara dunia ke-5 untuk Jorge Lorezo. Terlepas dari insiden #SepangClash atau hal-hal lainnya, Jorge Lorenzo memang lebih layak juara dibandingkan Valentino Rossi. Kenapa? Karena dia berhasil menjuarai 3 GP lebih banyak dibandingkan Vale. Hal ini sama persis dengan 2006 saat Vale lebih superior daripada Hayden tetapi sayang dia sering tidak konsisten dan Hayden-lah yang akhirnya menjadi juara.

Sekali lagi terlepas dari insiden #SepangClash yang berbuah penalty, secara keseluruhan penampilan Vale musim ini sangat-sangat bagus. Hanya 3 kali gagal podium (termasuk di seri Valencia ini), tanpa DNF, dan finish terburuk adalah di P5. Sayang, ia kalah dari Lorenzo di 4 seri (Jerez, Le Mans, Catalunya, dan Mugello) serta P5 di Misano. Semuanya gara-gara Misano -_-

Next, yang cukup mengejutkan adalah cara selebrasi Jorge Lorenzo yang menampilkan ‘4 dirinya’ saat meraih gelar juara dunia sebelumnya. Ide ini sama persis dengan apa yang saya pikirkan jikalau Valentino Rossi yang menjadi juara. Sempat kepikiran, sudah ditulis setengahnya, tetapi lupa upload, hehe. Tetapi repot juga sih kalau Vale yang juara. Dia harus cari 9 temannya untuk ‘menjadi dirinya’ plus memerankan karakter Repsol Honda 2002-2003 (mungkin cuma ini yang agak susah diterima pihak Yamaha).
 
#KentChampion
*****
Another great story, Danny Kent berhasil meraih gelar juara dunia Moto3 yang sempat ‘tertunda’ di Malaysia dan Australia kemarin. Ia finish ke-9 dan sudah sangat cukup untuk mengunci gelar juara dunia; meskipun rival dan calon rekan setimnya di Moto2 2016 besok (Miguel Oliveira) menjuarai 3 GP sejak Australia. Danny Kent adalah juara dunia pertama yang berasal dari Inggris (di semua kelas) sejak terakhir Barry Sheene juara di musim 1977. Selamat!

Well, musim 2015 sudah tamat ; saatnya menantikan ban Michelin kembali beraksi ! sebagai catatan, juara dunia MotoGP terakhir yang menggunakan ban Michelin adalah Nicky Hayden. Secara mengejutkan ia mengalahkan Valentino Rossi #FinalShowdown Valencia 2006. Dan di tempat yang sama pula, 9 tahun setelahnya ; Nicky Hayden dan Bridgestone sama-sama mengakhiri karier MotoGP-nya.

Saya cukup tertarik dengan catatan-catatan seperti ini. Misalnya saja, Honda RC211V adalah mesin 990cc pertama dan terakhir yang menjuarai MotoGP era 990cc via Valentino Rossi (2002) dan Nicky Hayden (2006). Ada juga Casey Stoner, sebagai juara dunia pertama dan terakhir era MotoGP 800cc.

Nah, Lorenzo sebagai juara dunia terakhir pemakai Bridgestone; apakah nasibnya akan sama dengan Hayden?? (Gagal juara dunia setelah merk ban lain mendominasi GP). Kita tunggu saja dua hari lagi di test pra-musim pertama Valencia 2015!

Analisis; Lulusan GP2 yang (Mulai) Susah Masuk F1 & Gaya Baru Transfer Pembalap F1!


Davide Valsecchi (juara 2012), Fabio Leimer (juara 2013), dan Stoffel Vandoorne (juara 2015) adalah 3 driver juara GP2 yang sejauh ini belum turun di balapan F1. Hanya Jolyon Palmer (juara 2014) yang sudah memastikan kursi balap untuk #F12016 di tim Lotus, setelah setahun ini ia vakum balap dan hanya menjadi test-driver untuk tim tersebut.

Kesimpulannya adalah, beberapa tahun terakhir ini lulusan GP2 agak susah masuk ke F1; bahkan untuk juaranya sekalipun. Menjadi juara juga berarti sudah tidak boleh berlaga lagi di kelas tersebut untuk musim-musim selanjutnya. Dan akhirnya, untuk sekarang ini tittle juara GP2 hanyalah 'bonus'.

Melihat komposisi pembalap di tim F1 akhir-akhir ini, kita bisa memahami beberapa 'gaya' baru yang diterapkan oleh tim-tim F1. Misalnya saja;

  1. McLaren, Ferrari, Mercedes; masih mempertahankan pembalap top (yang usianya mungkin sudah tua). Raikkonen (36), Button (35), Alonso (34), Hamilton (30), Rosberg (30). Hanya Vettel yang sedang memasuki usia emasnya (28).
  2. Red Bull & Toro Rosso tergabung ke dalam keluarga Red Bull. Menjadi sangat sulit untuk menembus tim F1 mereka jika kamu bukan anggota akademi balap Red Bull.
  3. Lotus, Force India, Sauber; tim medioker yang butuh dana sponsor terutama dari pembalapnya. Sebut saja; Felipe Nasr (Banco do Brasil), Sergio Perez (Telmex), dan Pastor Maldonado (PDVSA).
  4. Williams, kombinasi pembalap veteran dan pembalap muda potensial (Massa, 33; Bottas, 26)
  5. Manor, satu-satunya tim papan bawah yang memang sangat butuh dana sponsor dari pembalapnya. sayang banget kalau Rio sampai gabung di tim ini :(
  6. Haas, tim baru yang memang butuh pembalap berpengalaman (Romain Grosjean) dan pembalap yang berasal dari Amerika Utara* (Esteban Gutierres/Meksiko)

Formula 1 modern sekarang ini berbeda jauh dengan F1 musim 2006-2007. Waktu itu minimal ada 2 lulusan GP2 yang bertarung di F1. Rata-rata dari mereka menggantikan driver-driver tua semacam Juan Pablo Montoya, Ralf Schumacher, hingga Jacques Villeneuve (rata-rata dari mereka memang sudah sepantasnya digantikan sih, meskipun misalnya Ralf dan Juan yang masih berusia 32 dan 31 tahun pada waktu mereka hengkang dari F1).

Kompleks juga ya persoalan transfer pembalap F1 modern ini... Harus ada teknik dan taktik untuk menaklukkan gerbang tinggi menuju F1. Salah satunya dengan mengincar posisi test-driver. Tidak masalah setahun atau dua tahun, tetapi kalau langsung menjadi opsi utama untuk direkrut tim 'kan enak juga, seperti Jolyon Palmer.

Finally, sorry to say untuk Rio Haryanto; sebaiknya niat ke F1 ditunda dulu gimana? Ingat Stoffel Vandoorne yang juara GP2, saya teringat komentar di sebuah forum (website balap) "Jika Stoffel Vandoorne saja tidak bisa masuk F1, berarti tidak ada yang cukup pantas -dari GP2 2015- untuk masuk ke #F12016.

(rz)

Analisis: Top 5 Sirkuit Baru yang 'Gagal' di Era Modern

Gagal disini ada dua definisi, (1) gagal memenuhi ekspektasi; membangun budaya motorsport lokal (2) gagal menjaga berlangsungnya sebuah kejuaraan untuk jangka waktu yang lama. Let's see!

P1 - ISTANBUL PARK

Contoh terbaik untuk 'kegagalan sebuah sirkuit modern'. Satu-satunya sirkuit internasional di Turki, pada awalnya diharapkan sebagai langkah awal terciptanya budaya motorsport lokal yang lebih baik. Memulai debut di 2005, sirkuit ini pernah menggelar banyak kejuaraan internasional seperti Formula 1, MotoGP, WTCC, Endurance, World Superbike, dan balap GT. Tetapi semua itu hanya sementara dan sekarang tidak ada lagi balapan internasional yang menggunakan lintasan Istanbul Park! World Superbike adalah kejuaraan internasional terakhir di sirkuit ini pada 2013 lalu. 

Sekarang hanya kejuaraan World RallyCross (WRX) yang digelar di sirkuit ini, tetapi hanya menggunakan sebagian kecil area sirkuit.


P2 - YEONGAM (Korea International Circuit)

Sirkuit ini didepak dari kalender F1 setelah hanya menggelar 4x balapan.Animo penonton yang minimalis serta venue yang kurang impresif adalah alasan utama hilangnya F1 dari Korea. Yeongam seolah-olah menjadi  bukti budaya motorsport lokal yang tidak berkembang dengan baik. Padahal negeri ini memiliki dua pabrikan mobil populer, Hyundai dan KIA, serta dua pabrikan ban yang ternyata lebih eksis di luar negeri; Kumho dan Hankook.

Sekarang hanya kejuaraan balap mobil GT level Asia yang digelar di sirkuit Yeongam. Sirkuit ini juga pernah dikabarkan akan menggelar balap Super GT Jepang tetapi akhirnya gagal terlaksana.

P3 - BUDDH

Proses pembangunan sirkuit Buddh pernah termasuk ke dalam tayangan Megastructures dari National Geographic. Untuk lintasannya sendiri tidak terlalu istimewa karena bergaya khas Hermann Tilke (long straight, slow corner & elevation change), hanya main granstand yang istimewa karena menggunakan atap bergelombang layaknya bangunan stadion sepakbola masa kini.

Formula 1 berlaga di sirkuit ini hanya 3x saja (2011-2013). Permasalahan penjadwalan membuat sirkuit ini absen untuk F1 2014 dan direncanakan akan kembali pada 2015. Tetapi pergantian pengelola sirkuit Buddh justru membuat F1 tidak kembali lagi ke India pada 2015 dan 2016

P4 - PORTIMAO

Proses pembangunan sirkuit Portimao juga tergolong spesial karena cukup singkat, kurang dari setahun sirkuit ini beres dan langsung digunakan untuk balapan World Superbike 2008. Sirkuit ini berlisensi FIA Grade 2 dan FIM Grade A sehingga bisa digunakan untuk kejuaraan MotoGP dan balap mobil dibawah F1. Tetapi fasilitas yang lebih modern juga tidak berhasil memindahkan MotoGP Portugal dari Estoril ke Portimao. Bahkan setelah MotoGP Portugal dihapus dari kalender, sirkuit ini juga tidak bisa berhasil menyelamatkannya. Untuk balap mobil hanya A1GP dan GP2 yang pernah mampir di sirkuit ini masing-masing untuk satu seri saja.


P5 - DUBAI AUTODROME

Posisi ke-5 adalah tempat yang pas untuk sirkuit Dubai Autodrome, sirkuit modern bertaraf internasional pertama di Uni Emirat Arab (UEA). Sirkuit ini dinobatkan sebagai Home of National Motorsport, sehingga wajar kalau untuk level internasional sirkuit ini 'gagal' bersaing dengan Yas Marina yang lebih modern. Positioning sirkuit Dubai (nasional) dan Yas Marina (internasional) mungkin sebagai strategi motorsport di UEA. Tetapi dengan fasilitas yang baik di Dubai, seharusnya ada banyak kejuaraan balap internasional yang singgah di UEA!


Well, itulah 5 sirkuit gagal versi notumoto. Motto kami 'Komentar suka-suka, Analisis seenaknya!'
Ciaoo! (rz)

Fun Analysis; Topi Podium!

Bridgestones Podium

*******

Kenapa topi yang digunakan pembalap di podium harus bertuliskan sponsor ban? Saya belum mengetahui jawaban pastinya, tetapi dari ‘topi’ ini kita bisa belajar beberapa hal baru.


Kuning Dunlop Klasik

Pertama, warna topi untuk tiap pabrikan ban ternyata berbeda; mungkin sebagai identitas untuk tiap-tiap pabrikan. Merah untuk Bridgestone, biru untuk Michelin, hitam untuk Pirelli dan Metzeler (karena satu induk perusahaan), dan kuning untuk Dunlop. Topi-topi ini umumnya dipakai oleh balapan internasional yang menerapkan aturan pemasok ban tunggal.

Sombrero!

Cowboy Hat

Kedua, jenis baseball cap adalah topi yang paling sering digunakan di podium. Tetapi untuk beberapa negara dan kesempatan tertentu, ada juga jenis topi lain yang digunakan. Seperti Sombrero untuk F1 Meksiko dan Cowboy Hat untuk F1 Amerika Serikat. Valentino Rossi juga pernah memakai topi Toga berwarna hitam (dengan logo kecil Michelin berwarna biru-putih) saat menjuarai MotoGP Mugello 2005. Dan memang untuk jenis topi-topi diatas, warna yang paling cocok digunakan adalah hitam. Kebetulan sekali Pirelli adalah sponsor ban F1. Coba bayangkan kalau topi Sombrero yang berukuran cukup besar berwarna merah atau biru, lumayan garing jadinya.

Ketiga, untuk kejuaraan yang tidak menerapkan aturan ban tunggal; tentu pihak promotor harus menyediakan topi yang berbeda sesuai dengan merk ban yang ikut di balapan. Seperti di Super GT Jepang yang diikuti Dunlop, Michelin, Bridgestone, dan Yokohama.

Beberapa merk ban lain juga cukup eksis di dunia motorsport. Firestone dan Hankook berperan sebagai pemasok band untuk kejuaraan IndyCar dan DTM. Untuk Firestone karena termasuk ke dalam keluarga Bridgestone, maka topi mereka berwarna merah dengan tulisan putih. Sementara Hankook menggunakan warna hitam dan tulisan berwarna putih, plus aksen di ujung topi depang berwarna oranye.

Warna hitam juga digunakan untuk Maxxis dan Yokohama. Maxxis yang lebih eksis di motocross memadukan warna hitam dengan warna tulisan berwarna oranye. Sementara Yokohama Tires yang menyupport beberapa tim di Super GT memakai warna putih untuk tulisan dan merah untuk logo. Ada juga Cooper Tires yang pernah mendukung A1GP di 3 musim pertamanya. Mereka menggunakan topi berwarna biru tua serta logo dan tulisan berwarna putih.

Cooper Tires A1GP

Nah, menjelang MotoGP Indonesia 2017; apakah pihak promotor lokal tertarik untuk menggunakan ide topi unik seperti poin kedua diatas? Indonesia sangat kaya budaya dan tradisi lokal, termasuk salah satunya desain-desain topi yang unik dan menarik. Apalagi keunikan topi Indonesia adalah bahannya yang alami dan mempunyai warna khas tersendiri. Menarik untuk dipertahankan warnanya dan dipadukan dengan logo-warna merk ban. 

Mungkin sudah bisa dipilih topi jenis apa yang akan digunakan? (rz)