Review MotoGP Italia 2016 - Karakter Mugello Yang Sebenarnya!

Untuk kali ini sayan bangga dengan Marc.


Valentino Rossi di Mugello 2016 bukan Vale yang 'biasanya'. Oke, salah satu kunci kemenangannya di Jerez lalu adalah agresif sejak awal, tetapi strategi itu terbukti tidak berhasil di Mugello. Saat kemampuan pembalap setara, menyalip di Mugello terasa sangat menyusahkan. Trek lurus yang tidak benar-benar lurus dan banyak tikungan cepat, melebar setiap kali berusaha mengovertake adalah sajian rutin di race Mugello.

Tetapi sebenarnya Vale, dan juga Marc, lebih unggul sedikit dari Jorge di Mugello 2015. Terbukti beberapa kali melebar di San Donato dan usaha overtaking yang gagal, hanya kurang dari 1 lap saja mereka sudah bisa mendekati Jorge lagi, dan berusaha mengovertake lagi. Itu artinya 'Jorge masih bisa dikejar'. Hanya tinggal menunggu momen yang tepat.

Vale jelas salah perhitungan strategi di balap kali ini. Kalah start adalah cerita lama, hal yang sampai saat ini belum bisa ia perbaiki. Kelemahan Vale dan Vinales di saat start dimanfaatkan betul oleh Jorge. Melesat dari P5 ke P1 di tikungan pertama selepas start adalah keuntungan besar baginya. Mugello menunjukkan 'jati diri' yang sebenarnya sebagai sirkuit yang sangat susah digunakan untuk mengovertake saat kemampuan pembalap sama rata. Saya belum mengetahui alasan gagal mesin Vale pada balapan itu, tetapi yang jelas, Vale dan juga Marc agak sedikit memaksa dan berlebihan di lap-lap awal tersebut. Efeknya, Yamaha mengalami kerusakan mesin kedua di hari Minggu, Jorge di warm-up dan Vale di race.

Seakan mengulangi insiden jatuh bersamaan di Le Mans lalu, di awal balap kali ini sempat Vale, Marc dan Dovizioso sama-sama melebar di San Donato saat berusaha menyalip lawan masing-masing.

Kejadian itu mungkin membuat Marc untuk mengubah strategi balapnya. Ia memilih untuk menjaga jarak ideal dengan Jorge Lorenzo dan menyiapkan serangan di akhir lomba. Dan ajaibnya berhasil! Chicane cepat terakhir sebelum tikungan akhir menjadi kuncian kemenangan Marc. Tetapi masih ada 800 meter sebelum garis finish. Marc masih memimpin saat keluar tikungan terakhir dan ia justru menggunakan manuver 'meliuk-liuk' supaya Jorge tidak bisa mencuri angin. Saya sebut itu keputusan yang salah karena justru membuat jarak tempuh menuju garis finish menjadi semakin panjang, dan di saat yang sama Jorge memilih racing line lurus seperti biasa, otomatis jarak tempuh lebih pendek dari Marc. Dan ia berhasil juara. 

Menurut saya ya, untuk pabrikan Mercedes dan Yamaha yang mendominasi F1 dan MotoGP, kejadian gagal mesin jauh lebih memalukan daripada kedua pembalapnya saling bertabrakan di lintasan. Karena jelas, untuk kasus pertama pabrikan yang salah  dan untuk kasus kedua, pembalap yang salah.

Saya kira, kemenangan Jorge dan GP Italia secara keseluruhan adalah tentang strategi. Suzuki, Honda, Yamaha, Ducati menunjukkan progres yang menyenangkan di 6 seri awal musim 2016 ini, mereka semua kompetitif. Dan satu pembalap yang agak kedodoran di awal race dengan persaingan yang kompetitif tersebut adalah Dani Pedrosa. Dani semakin jarang menginjakkan kakinya di podium musim ini. Saya berharap KTM bisa mengikuti jejak kompetitif Suzuki untuk musim depan. Semoga! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar