Analisis Konflik Rossi-Marquez, Konflik Yang Muncul Tanpa Disengaja, Bukan Konspirasi!

Stop kebencian & dukung Vale 100%!


Respon fans pasca konflik Valentino Rossi dan Marc Marquez semakin tidak terkendali. Bahkan sampai mensyukuri jika Marc, Jorge, atau siapapun yang mungkin terlibat saat mereka crash atau terjatuh, dan berdoa supaya hal tersebut lebih sering terjadi di musim-musim depan. Buruk.

Hal tersebut sangat disayangkan karena cukup mencederai sportifitas di kalangan pendukung dan cukup ‘jahat’. Lalu apa bedanya kita dengan mereka kalau sama-sama ‘jahat’?

Saya selalu terbuka menerima banyak opini dan perspektif. Lalu untuk tulisan ini saya sedikit mengubah perspektif saya mengenai kejadian di Phillip Island hinga Valencia kemarin.

Bagaimana kalau semua kejadian yang berujung konflik tersebut muncul karena tidak disengaja ? 100% tidak disengaja.

Anggap saja Vale hanya ingin sedikit ‘memprovokasi’ lawannya dengan trik psikologis di GP Malaysia lalu. Ia mengungkap semua pandangannya tentang kejadian di Australia dengan tujuan  ‘memperingatkan’ Marc tentang aturan tidak tertulis.

Ia mungkin merasa pembalap yang berpotensi mengganggu battlenya dengan Jorge hanyalah duo Repsol Honda, yang justru tampil kompetitif di akhir musim. Dani Pedrosa sudah 30 tahun, kemungkinan besar ia sudah memahaminya. Yang tersisa cuma Marc, si pembalap muda yang kemungkinan belum terlalu paham. Oleh karena itu Vale ‘menyerangnya’ saat itu.

Kejadian di Phillip Island, menurut penjelasan Honda adalah Marc Marquez yang tidak ingin kejadian buruk di PI dua musim sebelumnya terulang kembali. Meskipun Marc tampil sebagai pole sitter, ia ingin tampil santai di race, menjaga ritme balap dan keausan ban, dan merencanakan serangan di akhir lomba.


Sialnya dengan strategi itu, saat balapan justru Marc ‘bergabung’ dengan Vale dan Iannone yang juga kompetitif. Mau tidak mau terjadilah battle ketat antara ketiganya plus Jorge di akhir lomba. Dan akhirnya munculah penilaian Vale (plus diamini Iannone) tentang race tersebut adalah ‘Marc ingin mendukung Jorge dengan menghambat kita di rombongan’. Mulai terlihat strategi menjaga ritme balap dan keausan ban di seri ini justru berakibat ‘fatal’ untuk Marc.
Next stop, GP Malaysia. Marc dituduh sengaja memberi jalan untuk Jorge dan sekali lagi menghambat Vale. Ceritanya di T4 saat ia melebar dan disalip Jorge. Ia pun kehilangan beberapa waktu (melorot hingga 2 detik). Celakanya lagi, di belakangnya kini The Doctor. Marc tampil secara maksimal saat bertarung dengan Vale. Itulah hal yang biasa dilakukan Marc tiap balapan.
Tetapi tidak untuk hari itu, kecepatan dan keagresifan Marc tersebut justru menimbulkan rasa frustasi bagi Vale. Ia mungkin terbayang, apakah prasangka yang ia kemukakan 3 hari sebelumnya akan terbukti benar? Apakah Marc tidak bisa mengerti apa maksud ucapan Vale adalah sebuah peringatan?
Dan akhirnya terjadilah insiden di lap ke-7. Vale melebar dan Marc tetap memaksa merebahkan motornya, padahal disitu tepat berada motor Vale. Saya kira maneuver ini tidak terlalu cerdas karena membahayakan kedua belah pihak. Marc mungkin belum mengerti peringatan Vale (the unwritten rules) dan ia tetap push 100%. Dan terjadilah crash.
Pasca GP Malaysia, semua sepakat untuk memulai hal yang baru di GP Valencia. Tetapi sekali lagi, sebuah kejadian semakin memperjelas tuduhan Valentino Rossi adalah benar adanya. Marc stuck di belakang Jorge sepanjang lomba. Tidak sekalipun ia melakukan percobaan overtaking meskipun gap keduanya hanya 0,3 detik saja. Honda sendiri berdalih hal tersebut disebabkan masalah di roda depan motor mereka.

Saya kira waktu itu tekanan paling besar justru dihadapi Marc. Jika ia memaksa overtake di saat Jorge sedang 100% mengejar gelar, dan hal buruk terjadi (misal Jerez 2013); tentu ia adalah sasaran utama kemarahan atas kegagalan Jorge. Tetapi jika tidak bertindak apapun, sekali lagi justru semakin membuktikan tuduhan Vale adalah benar. Situasi yang sangat tidak menguntungkan.

Puncak dari segala kontroversi adalah ketika Marc sangat agresif merebut posisinya kembali setelah tiba-tiba disalip oleh Pedrosa. Fans semakin mempertanyakan kenapa Marc tidak sekalipun mencoba menyalip Jorge? Padahal gapnya cukup dekat dan sirkuit Valencia (yang sempit dan pendek) masih sangat memungkinkan untuk menyalip (dibuktikan aksinya dengan Pedrosa tersebut dan Vale yang menyalip 21 pembalapd alap 13 lap).

Apakah Marc segan menyalip Jorge? Apakah semakin terbukti kecurigaan Vale? Meskipun berdalih problem di ban depan adalah penyebabnya, rasanya fans akan tetap sulit menerima fakta tersebut. Dan  saya rasa ‘kebencian’ terhadap Marc dan Jorge pun memuncak dan berlanjut hingga tahun-tahun setelahnya.

Dengan melakukan analisis seperti diatas semakin memperluas perspektif saya mengenai konflik antara Vale dan Marc. Konflik yang muncul karena suatu hal yang mungkin tidak disengaja. Yang saya sayangkan hanyalah kejadian di Sepang saat Marc ‘tidak memahami’ arti peringatan Vale. Mungkin karena ia masih sangat muda dan belum mengerti tentang ‘The Unwritten Rules’. Karena susah juga sengaja mengalah untuk duo Yamaha di saat motor Honda-nya berada di kondisi terbagus.
Vale dan Marc, dua sahabat yang kini ‘berseteru’ dan memungkinkan terciptanya Max baru bernama ‘MAX MARQUEZ’.


Note: Marc terbiasa tampil cepat dan agresif, karena tidak ada aturan yang melarang hal tersebut. Tetapi kebiasaan tidak selalu bisa dijadikan sebagai patokan kebenaran, karena arti sebuah kebenaran terkadang sangat tidak terbatas. Marc masih cukup muda dan perlu belajar banyak hal. Ia cuma sial musim ini...


News: The New Kyalami!

Update motorsport kali ini datang dari renovasi sirkuit Kyalami. Foto dari Google Maps memperlihatkan bagaimana layout sirkuit ini sekarang.





Home straight lebih 'panjang'

Chicane yang terbuang...

Unik juga kalau lihat foto sirkuit di google maps. Ada beberapa yang updatenya cepet, ada juga yang bertahun-tahun fotonya gitu aja terus. Misal Kyalami yang belum setahun direnovasi aja foto petanya udah langsung update. Sementara Silverstone yang sudah berubah sejak 2010 fotonya di google maps sekarang masih versi yang lama.

Layoyt lawas Kyalami dengan Chicane (T12)

Sirkuit Kyalami adalah sirkuit paling populer di Afrika Selatan dan pernah menggelar MotoGP, Formula 1, World Superbike dan A1GP. Ajang internasional terakhir yang digelar di sirkuit ini adalah World Superbike 2010.

Porsche x Kyalami

Juli 2014 sirkuit ini resmi dijual kepada Porsche South Africa seharga 205 juta Rand. Setelah itu langsung dilakukan perombakan sirkuit dengan fokus utama 4 apex pertama sirkuit. Terlihat setelah renovasi, Kyalami kini memiliki 5 apex di sektor pertama. Selain itu perubahan minor di chicane sebelum last corner yang kembali dihilangkan sehingga sekarang hanya berupa ‘kink’ saja. Juga perubahan T11 (Continental yang 'dimasukkan' lebih dalam lagi) yang membuat 2 short straight di sekitarnya menjadi lebih melengkung.

Apakah dengan renovasi ini event balap kelas dunia akan kembali lagi ke Afrika Selatan?

Mungkin saja! Tetapi kemungkinan besar terbatas untuk balap mobil dan balap Superbike. Karena untuk MotoGP sepertinya masih kurang aman, terlihat dari run-off area yang masih cukup sempit di beberapa tikungan cepat. Tetapi apapun itu, semoga Afrika Selatan kembali mewarnai dunia balap internasional lagi! Amin. (rz)

REVIEW MotoGP Valencia 2015: #Lorenzo+KentCHAMP

  
#LorenzoChamp

TAMAT. MotoGP 2015 resmi berakhir dengan peresmian gelar juara dunia ke-5 untuk Jorge Lorezo. Terlepas dari insiden #SepangClash atau hal-hal lainnya, Jorge Lorenzo memang lebih layak juara dibandingkan Valentino Rossi. Kenapa? Karena dia berhasil menjuarai 3 GP lebih banyak dibandingkan Vale. Hal ini sama persis dengan 2006 saat Vale lebih superior daripada Hayden tetapi sayang dia sering tidak konsisten dan Hayden-lah yang akhirnya menjadi juara.

Sekali lagi terlepas dari insiden #SepangClash yang berbuah penalty, secara keseluruhan penampilan Vale musim ini sangat-sangat bagus. Hanya 3 kali gagal podium (termasuk di seri Valencia ini), tanpa DNF, dan finish terburuk adalah di P5. Sayang, ia kalah dari Lorenzo di 4 seri (Jerez, Le Mans, Catalunya, dan Mugello) serta P5 di Misano. Semuanya gara-gara Misano -_-

Next, yang cukup mengejutkan adalah cara selebrasi Jorge Lorenzo yang menampilkan ‘4 dirinya’ saat meraih gelar juara dunia sebelumnya. Ide ini sama persis dengan apa yang saya pikirkan jikalau Valentino Rossi yang menjadi juara. Sempat kepikiran, sudah ditulis setengahnya, tetapi lupa upload, hehe. Tetapi repot juga sih kalau Vale yang juara. Dia harus cari 9 temannya untuk ‘menjadi dirinya’ plus memerankan karakter Repsol Honda 2002-2003 (mungkin cuma ini yang agak susah diterima pihak Yamaha).
 
#KentChampion
*****
Another great story, Danny Kent berhasil meraih gelar juara dunia Moto3 yang sempat ‘tertunda’ di Malaysia dan Australia kemarin. Ia finish ke-9 dan sudah sangat cukup untuk mengunci gelar juara dunia; meskipun rival dan calon rekan setimnya di Moto2 2016 besok (Miguel Oliveira) menjuarai 3 GP sejak Australia. Danny Kent adalah juara dunia pertama yang berasal dari Inggris (di semua kelas) sejak terakhir Barry Sheene juara di musim 1977. Selamat!

Well, musim 2015 sudah tamat ; saatnya menantikan ban Michelin kembali beraksi ! sebagai catatan, juara dunia MotoGP terakhir yang menggunakan ban Michelin adalah Nicky Hayden. Secara mengejutkan ia mengalahkan Valentino Rossi #FinalShowdown Valencia 2006. Dan di tempat yang sama pula, 9 tahun setelahnya ; Nicky Hayden dan Bridgestone sama-sama mengakhiri karier MotoGP-nya.

Saya cukup tertarik dengan catatan-catatan seperti ini. Misalnya saja, Honda RC211V adalah mesin 990cc pertama dan terakhir yang menjuarai MotoGP era 990cc via Valentino Rossi (2002) dan Nicky Hayden (2006). Ada juga Casey Stoner, sebagai juara dunia pertama dan terakhir era MotoGP 800cc.

Nah, Lorenzo sebagai juara dunia terakhir pemakai Bridgestone; apakah nasibnya akan sama dengan Hayden?? (Gagal juara dunia setelah merk ban lain mendominasi GP). Kita tunggu saja dua hari lagi di test pra-musim pertama Valencia 2015!

Analisis; Lulusan GP2 yang (Mulai) Susah Masuk F1 & Gaya Baru Transfer Pembalap F1!


Davide Valsecchi (juara 2012), Fabio Leimer (juara 2013), dan Stoffel Vandoorne (juara 2015) adalah 3 driver juara GP2 yang sejauh ini belum turun di balapan F1. Hanya Jolyon Palmer (juara 2014) yang sudah memastikan kursi balap untuk #F12016 di tim Lotus, setelah setahun ini ia vakum balap dan hanya menjadi test-driver untuk tim tersebut.

Kesimpulannya adalah, beberapa tahun terakhir ini lulusan GP2 agak susah masuk ke F1; bahkan untuk juaranya sekalipun. Menjadi juara juga berarti sudah tidak boleh berlaga lagi di kelas tersebut untuk musim-musim selanjutnya. Dan akhirnya, untuk sekarang ini tittle juara GP2 hanyalah 'bonus'.

Melihat komposisi pembalap di tim F1 akhir-akhir ini, kita bisa memahami beberapa 'gaya' baru yang diterapkan oleh tim-tim F1. Misalnya saja;

  1. McLaren, Ferrari, Mercedes; masih mempertahankan pembalap top (yang usianya mungkin sudah tua). Raikkonen (36), Button (35), Alonso (34), Hamilton (30), Rosberg (30). Hanya Vettel yang sedang memasuki usia emasnya (28).
  2. Red Bull & Toro Rosso tergabung ke dalam keluarga Red Bull. Menjadi sangat sulit untuk menembus tim F1 mereka jika kamu bukan anggota akademi balap Red Bull.
  3. Lotus, Force India, Sauber; tim medioker yang butuh dana sponsor terutama dari pembalapnya. Sebut saja; Felipe Nasr (Banco do Brasil), Sergio Perez (Telmex), dan Pastor Maldonado (PDVSA).
  4. Williams, kombinasi pembalap veteran dan pembalap muda potensial (Massa, 33; Bottas, 26)
  5. Manor, satu-satunya tim papan bawah yang memang sangat butuh dana sponsor dari pembalapnya. sayang banget kalau Rio sampai gabung di tim ini :(
  6. Haas, tim baru yang memang butuh pembalap berpengalaman (Romain Grosjean) dan pembalap yang berasal dari Amerika Utara* (Esteban Gutierres/Meksiko)

Formula 1 modern sekarang ini berbeda jauh dengan F1 musim 2006-2007. Waktu itu minimal ada 2 lulusan GP2 yang bertarung di F1. Rata-rata dari mereka menggantikan driver-driver tua semacam Juan Pablo Montoya, Ralf Schumacher, hingga Jacques Villeneuve (rata-rata dari mereka memang sudah sepantasnya digantikan sih, meskipun misalnya Ralf dan Juan yang masih berusia 32 dan 31 tahun pada waktu mereka hengkang dari F1).

Kompleks juga ya persoalan transfer pembalap F1 modern ini... Harus ada teknik dan taktik untuk menaklukkan gerbang tinggi menuju F1. Salah satunya dengan mengincar posisi test-driver. Tidak masalah setahun atau dua tahun, tetapi kalau langsung menjadi opsi utama untuk direkrut tim 'kan enak juga, seperti Jolyon Palmer.

Finally, sorry to say untuk Rio Haryanto; sebaiknya niat ke F1 ditunda dulu gimana? Ingat Stoffel Vandoorne yang juara GP2, saya teringat komentar di sebuah forum (website balap) "Jika Stoffel Vandoorne saja tidak bisa masuk F1, berarti tidak ada yang cukup pantas -dari GP2 2015- untuk masuk ke #F12016.

(rz)

Analisis: Top 5 Sirkuit Baru yang 'Gagal' di Era Modern

Gagal disini ada dua definisi, (1) gagal memenuhi ekspektasi; membangun budaya motorsport lokal (2) gagal menjaga berlangsungnya sebuah kejuaraan untuk jangka waktu yang lama. Let's see!

P1 - ISTANBUL PARK

Contoh terbaik untuk 'kegagalan sebuah sirkuit modern'. Satu-satunya sirkuit internasional di Turki, pada awalnya diharapkan sebagai langkah awal terciptanya budaya motorsport lokal yang lebih baik. Memulai debut di 2005, sirkuit ini pernah menggelar banyak kejuaraan internasional seperti Formula 1, MotoGP, WTCC, Endurance, World Superbike, dan balap GT. Tetapi semua itu hanya sementara dan sekarang tidak ada lagi balapan internasional yang menggunakan lintasan Istanbul Park! World Superbike adalah kejuaraan internasional terakhir di sirkuit ini pada 2013 lalu. 

Sekarang hanya kejuaraan World RallyCross (WRX) yang digelar di sirkuit ini, tetapi hanya menggunakan sebagian kecil area sirkuit.


P2 - YEONGAM (Korea International Circuit)

Sirkuit ini didepak dari kalender F1 setelah hanya menggelar 4x balapan.Animo penonton yang minimalis serta venue yang kurang impresif adalah alasan utama hilangnya F1 dari Korea. Yeongam seolah-olah menjadi  bukti budaya motorsport lokal yang tidak berkembang dengan baik. Padahal negeri ini memiliki dua pabrikan mobil populer, Hyundai dan KIA, serta dua pabrikan ban yang ternyata lebih eksis di luar negeri; Kumho dan Hankook.

Sekarang hanya kejuaraan balap mobil GT level Asia yang digelar di sirkuit Yeongam. Sirkuit ini juga pernah dikabarkan akan menggelar balap Super GT Jepang tetapi akhirnya gagal terlaksana.

P3 - BUDDH

Proses pembangunan sirkuit Buddh pernah termasuk ke dalam tayangan Megastructures dari National Geographic. Untuk lintasannya sendiri tidak terlalu istimewa karena bergaya khas Hermann Tilke (long straight, slow corner & elevation change), hanya main granstand yang istimewa karena menggunakan atap bergelombang layaknya bangunan stadion sepakbola masa kini.

Formula 1 berlaga di sirkuit ini hanya 3x saja (2011-2013). Permasalahan penjadwalan membuat sirkuit ini absen untuk F1 2014 dan direncanakan akan kembali pada 2015. Tetapi pergantian pengelola sirkuit Buddh justru membuat F1 tidak kembali lagi ke India pada 2015 dan 2016

P4 - PORTIMAO

Proses pembangunan sirkuit Portimao juga tergolong spesial karena cukup singkat, kurang dari setahun sirkuit ini beres dan langsung digunakan untuk balapan World Superbike 2008. Sirkuit ini berlisensi FIA Grade 2 dan FIM Grade A sehingga bisa digunakan untuk kejuaraan MotoGP dan balap mobil dibawah F1. Tetapi fasilitas yang lebih modern juga tidak berhasil memindahkan MotoGP Portugal dari Estoril ke Portimao. Bahkan setelah MotoGP Portugal dihapus dari kalender, sirkuit ini juga tidak bisa berhasil menyelamatkannya. Untuk balap mobil hanya A1GP dan GP2 yang pernah mampir di sirkuit ini masing-masing untuk satu seri saja.


P5 - DUBAI AUTODROME

Posisi ke-5 adalah tempat yang pas untuk sirkuit Dubai Autodrome, sirkuit modern bertaraf internasional pertama di Uni Emirat Arab (UEA). Sirkuit ini dinobatkan sebagai Home of National Motorsport, sehingga wajar kalau untuk level internasional sirkuit ini 'gagal' bersaing dengan Yas Marina yang lebih modern. Positioning sirkuit Dubai (nasional) dan Yas Marina (internasional) mungkin sebagai strategi motorsport di UEA. Tetapi dengan fasilitas yang baik di Dubai, seharusnya ada banyak kejuaraan balap internasional yang singgah di UEA!


Well, itulah 5 sirkuit gagal versi notumoto. Motto kami 'Komentar suka-suka, Analisis seenaknya!'
Ciaoo! (rz)

Fun Analysis; Topi Podium!

Bridgestones Podium

*******

Kenapa topi yang digunakan pembalap di podium harus bertuliskan sponsor ban? Saya belum mengetahui jawaban pastinya, tetapi dari ‘topi’ ini kita bisa belajar beberapa hal baru.


Kuning Dunlop Klasik

Pertama, warna topi untuk tiap pabrikan ban ternyata berbeda; mungkin sebagai identitas untuk tiap-tiap pabrikan. Merah untuk Bridgestone, biru untuk Michelin, hitam untuk Pirelli dan Metzeler (karena satu induk perusahaan), dan kuning untuk Dunlop. Topi-topi ini umumnya dipakai oleh balapan internasional yang menerapkan aturan pemasok ban tunggal.

Sombrero!

Cowboy Hat

Kedua, jenis baseball cap adalah topi yang paling sering digunakan di podium. Tetapi untuk beberapa negara dan kesempatan tertentu, ada juga jenis topi lain yang digunakan. Seperti Sombrero untuk F1 Meksiko dan Cowboy Hat untuk F1 Amerika Serikat. Valentino Rossi juga pernah memakai topi Toga berwarna hitam (dengan logo kecil Michelin berwarna biru-putih) saat menjuarai MotoGP Mugello 2005. Dan memang untuk jenis topi-topi diatas, warna yang paling cocok digunakan adalah hitam. Kebetulan sekali Pirelli adalah sponsor ban F1. Coba bayangkan kalau topi Sombrero yang berukuran cukup besar berwarna merah atau biru, lumayan garing jadinya.

Ketiga, untuk kejuaraan yang tidak menerapkan aturan ban tunggal; tentu pihak promotor harus menyediakan topi yang berbeda sesuai dengan merk ban yang ikut di balapan. Seperti di Super GT Jepang yang diikuti Dunlop, Michelin, Bridgestone, dan Yokohama.

Beberapa merk ban lain juga cukup eksis di dunia motorsport. Firestone dan Hankook berperan sebagai pemasok band untuk kejuaraan IndyCar dan DTM. Untuk Firestone karena termasuk ke dalam keluarga Bridgestone, maka topi mereka berwarna merah dengan tulisan putih. Sementara Hankook menggunakan warna hitam dan tulisan berwarna putih, plus aksen di ujung topi depang berwarna oranye.

Warna hitam juga digunakan untuk Maxxis dan Yokohama. Maxxis yang lebih eksis di motocross memadukan warna hitam dengan warna tulisan berwarna oranye. Sementara Yokohama Tires yang menyupport beberapa tim di Super GT memakai warna putih untuk tulisan dan merah untuk logo. Ada juga Cooper Tires yang pernah mendukung A1GP di 3 musim pertamanya. Mereka menggunakan topi berwarna biru tua serta logo dan tulisan berwarna putih.

Cooper Tires A1GP

Nah, menjelang MotoGP Indonesia 2017; apakah pihak promotor lokal tertarik untuk menggunakan ide topi unik seperti poin kedua diatas? Indonesia sangat kaya budaya dan tradisi lokal, termasuk salah satunya desain-desain topi yang unik dan menarik. Apalagi keunikan topi Indonesia adalah bahannya yang alami dan mempunyai warna khas tersendiri. Menarik untuk dipertahankan warnanya dan dipadukan dengan logo-warna merk ban. 

Mungkin sudah bisa dipilih topi jenis apa yang akan digunakan? (rz)


Team Red Bull KTM MotoGP (2017)

Setelah Suzuki dan Aprilia comeback tahun ini, mulai musim 2017 MotoGP akan kedatangan pemain lama yang kini turun sebagai factory team. Selamat datang tim Red Bull KTM MotoGP!

Shane Byrne 2005

KTM bukanlah pemain baru di MotoGP. Sepuluh tahun yang lalu pabrikan ini pernah bekerjasama dengan Team Roberts menghasilkan motor bernama Proton KR KTM yang dikendarai oleh Shane Byrne. Tapi sayang, tim ini hanya berhasil mengoleksi 1 poin yang didapat dari seri Laguna Seca.

Hanya setahun KTM berlaga di MotoGP, mereka memilih fokus ke proyek GP125 dan GP250, juga Moto3. Tetapi keinginan untuk berlaga di kelas tertinggi tetap ada di tim ini. Akhirnya pada pertengahan 2014, KTM mengkonfirmasi akan ikut serta di kelas MotoGP mulai musim 2017. Lalu kenapa 2017? Mungkin karena KTM ingin mempelajari data ban Michelin yang akan digunakan  MotoGP mulai musim 2016 besok.

Berikut ini adalah foto-foto motor KTM RC16 MotoGP yang berhasil diabadikan saat uji coba di sirkuit Red Bull Ring.






Terlihat fairing depan cukup kecil dan agak datar, mirip dengan Ducati GP15. Meskipun secara keseluruhan justru mirip Honda RC213V dipadukan lubang angin khas Kalex Moto2 2015. Desain buntut juga cukup unik, terlihat bongsor dan besar. Mirip buntu Ducati Desmosedici edisi awal 2003-2004'an. Tetapi secara keseluruhan desain motor ini masih terlihat kompak. Serasi dengan postur test rider Alex Hofmann.

Yang menarik juga adalah 'munculnya' Red Bull sebagai sponsor utama tim MotoGP. Terakhir kali  Red Bull tampil di Laguna Seca 2005 khusus untuk mendukung tim Suzuki MotoGP. Nah, berapa persenkah dukungan Red Bull ke KTM besok? Kalau support penuh, kemungkinan besar warna motor tim ini adalah biru tua dan logo Red Bull, plus aksen oranye khas KTM. Livery GSV-R ini bisa menginspirasi.

Laguna Seca 2005
Red Bull Suzuki MotoGP, Laguna Seca 2005

Atau kalau dukungan berimbang, mungkin logo KTM bisa lebih menonjol seperti ini.

Sketsa livery motor balap KTM

Nahh, apapun itu; musim balap 2017 sangat layak kita nantikan. Karena bukan cuma tim baru yang muncul, tetapi kemungkinan transfer pembalap yang cukup besar. Mengingat banyak pembalap top yang kontraknya habis di akhir musim 2016 nanti. (rz)

Analisis; Sirkuit Tercepat dan Terlambat di MotoGP (+)

Gak akan ada yang menyangka kalau sirkuit dengan trek lurus terpanjang di MotoGP, Circuit of the Americas (Austin) adalah sirkuit terlambat kedua di MotoGP diatas sirkuit Valencia. Hal ini menjadi catatan yang cukup unik mengingat hampir semua trek MotoGP yang dirancang oleh Hermann Tilke kecepatan rata-ratanya maksimal 171 km/h (Istanbul Park). Sirkuit Sepang sendiri termasuk sirkuit medium dengan kecepatan rata-rata 165 km/h. Berikut adalah data lengkapnya.
  1. 177.6 km/h         Phillip Island
  2. 173.7 km/h         Mugello
  3. 173.3 km/h         Rio Hondo
  4. 173.2 km/h         Assen
  5. 167.8 km/h         Aragon
  6. 166.7 km/h         Losail
  7. 166.3 km/h         Brno
  8. 165.3 km/h         Catalunya
  9. 163.7 km/h         Sepang
  10. 161.1 km/h         Indianapolis
  11. 161.0 km/h         Sachsenring
  12. 160.7 km/h         Le Mans
  13. 159.3 km/h         Jerez
  14. 158.6 km/h         Austin
  15. 154.4 km/h         Valencia (data 2014)
  16. 153.0 km/h         Silverstone (wet race, 173.3 km/h 2014)
  17. 147.5 km/h         Motegi (wet race, 163.2 km/h 2014)
  18. 146.6 km/h         Misano (wet race, 160.4 km/h 2014)
*Semua data adalah versi 2015, kecuali data sirkuit Valencia dan 3 sirkuit di musim ini yang menggelar wet race sehingga data 2014 juga ikut disertakan.

Dari data di atas terlihat, sirkuit-sirkuit dengan berkecepatan tinggi justru mampu menyajikan pertarungan yang menegangkan di musim ini. Phillip Island, Rio Hondo, Aragon, Losail adalah beberapa diantaranya. Sementara Mugello cukup terkenal dengan battle MM dan JL pada musim lalu.

Sirkuit ini tidak cocok untuk MotoGP!

Sebaliknya, dari data diatas juga bisa disimpulkan kalau sirkuit-sirkuit lambat, terutama Austin, sangat tidak menarik untuk dijadikan sebagai venue balapan. Dari 9 pembalap yang kompetitif di babak kualifikasi (total hanya berjarak 1 detik antara grid 1 dan 9). Tetapi pada saat race hanya tersisa 3 pembalap saja yang bisa battle di depan. 

Sirkuit Austin ini berkarakter stop-and-go dengan banyak tikungan lambat. 3 tikungan lambat yang menurut saya paling menyebalkan adalah tikungan pertama serta 2 tikungan sebelum dan sesudah backstraight. Seharusnya hal ini bisa dijadikan pertumbangan kalau race seri Amerika Serikat lebih baik diadakan lagi di Laguna Seca yang sangat menantang!

Sementara itu sirkuit lain dengan kecepatan yang cukup lambat, terutama di Eropa, masih lebih baik dibandingkan Austin. Karena berkarakter technical, bukan stop-and-go seperti di Austin. Fakta menarik seputar kecepatan sirkuit dan hubungannya dengan race yang akan disajikan, bisa digunnakan sebagai pedoman perancang sirkuit dalam bekerja. Karena MotoGP lebih suka dengan sirkuit yang cepat atau lambat tetapi technical. #saran


Remus-Gosser, tantangan terberat

PLUS: Menarik untuk dinantikan aksi di sirkuit Spielberg (Red Bull Ring) musim depan dimana sirkuit ini juga berkarakter semi-stop-and-go dengan dua tikungan yang cukup tajam.


Analisis Spesial; Rio Haryanto ke F1, Maka....

Dahaga balap mobil hampir terobati,,,

Jika Rio Haryanto ke F1 maka...

F1 bakalan tayang lagi di TV nasional Indonesia.
Masak iya sih aksi pembalap negeri sendiri gak ditayangin? Hampir 2 tahun tayangan F1 absen di TV nasional Indonesia, masyarakatpun kecewa. Tetapi dengan masuknya Rio ke F1, otomatis tayangan tersebut akan kembali lagi di TV nasional Indonesia. Biar makin afdol tayangin juga sesi kualifikasinya.

Penggalangan dana harus tetap dilanjutkan
Penggalangan dana harus tetap berlangsung meskipun Rio sudah gabung tim Manor. Belajar dari pengalaman Max Chilton (ex-rekan Rio di GP2 dan pembalap Marussia/Manor), bertarung di tim papan bawah dengan modal membawa dana sponsor gak akan bertahan lama. Kalau prestasinya gitu-gitu aja dan sponsor ngerasa rugi, dukungannya bisa dicabut. Maka mengantisipasi hal itu tentu harus ada dana cadangan untuk tahun-tahun kedepannya. Tentu dibarengi performa drivernya sendiri yang harus ciamik sehingga bisa dikontrak tim lain, sebagai test-driver pun nggak masalah.

Larisin dagangan milik sponsor Rio..
Yang biasanya pake oli A, B, C, sekarang mulai dibiasakan menggunakan oli Pertamina. Begitu pula untuk sponsor-sponsor lain yang sekarang ini masih abu-abu (belum jelas). Prediksi saya sih maskapai penerbangan, operator telekomunikasi, industri makanan dan industri pertambangan akan mendukung Rio di F1. Semoga saja.. amin.

Perlukah Indonesia bikin balapan F1?
Nggak usah mikirin hal-hal kayak gitu! Dananya gede banget dan gak ada efek apapun untuk Indonesia. Kalau gak bisa nyuguhin sirkuit ciamik macam Spa-Francorchamps, nasib Indonesia bakalan seperti Korea dan India. Apalagi kita sudah kalah sama Malaysia dan Singapura. Mending dukung pembalapnya aja tampil di F1. Lumayan kan kalau pembalapnya bisa menang di Malaysia atau Singapura? hehe.

Spesial, Analisis & Komentar Pembalap Professional Mengenai Insiden Sepang 2015

Masih anget gak sih topic #SepangClash kemaren? Kayaknya dua hari berlalu orang-orang mulai meninggalkan topic itu. Hanya tindakan Iannone pagi tadi yang memposting fotonya bersama Rossi di podium, sebagai sampul Facebook, kembali ‘menggairahkan’ optimisme fans Rossi kalau ia akan ‘mendukung’ VR46 menjadi juara dunia. Entah apa yang akan ia lakukan di Valencia besok.

Grid spesial MotoGP Valencia 2015. Jajajajaja!

Next, saya agak miris dengan komen-komen ‘kasar’ pendukung Rossi di sosial media yang ditujukan untuk Marc, Jorge, Dorna, dan MotoGP. Mirisnya karena, banyak dari mereka orang Indonesia. Duh, semoga aja damai dan nggak bikin orang lain takut ya J

Jadi lebih afdol kalau kita lihat komentar dari pembalap-pembalap professional. Tentu bukan pembalap MotoGP (karena mungkin mereka tidak ingin bicara terlalu jauh yang justru memprovokasi, kecuali Lorenzo sih). Jadi saya memilih mengutip isi cuitan pembalap Superbike professional, khususnya British Superbike (BSB). Tetapi kenapa BSB? Karena menurut saya BSB adalah balapan terbaik selain MotoGP dan kultur kompetisi disana sangat menyenangkan),

Setelah saya telusuri, saya tertarik dengan 4 komentar dari Michael Laverty (ex-MotoGP), Josh Brookes (juara BSB 2015), Dan Linfoot (top rider Honda BSB), serta James Ellison (ex-MotoGP). Kita mulai dari Michael Laverty.

Marc broke the unwritten rule; always RESPECT those fighting for a Championship when you’re not. Vale got enraged and hung him out to dry – Michael Laverty

Ia menyebut kalau semestinya kita, sebagai orang yang tidak terlibat dalam perebutan gelar juara, tidak ikut campur ke dalam pertarungan seperti itu. Menurut Mlav, hal tersebut termasuk sebagai peraturan yang tidak tertulis dalam dunia balap.




Ia mungkin mencontohkan race BSB Brands Hatch final 2011 dimana ia ‘memberikan’ posisi keduanya untuk diperebutkan oleh kandidat juara musim itu, Tommy Hill dan John Hopkins. Ia sendiri akhirnya finish di posisi ke-4. Tentu saja ia tidak akan menyesal melakukan hal itu, karena yang terjadi kemudian adalah race super seru (salah satu race terseru dalam sejarah BSB) dan ia terlibat di dalamnya. Sebagai pecinta balap tentu ia sangat menyukai hal-hal seperti itu.

MM could’ve turned back & got up the inside but he stayed outside & continued to push on VR, then fell onto him, that dragged VR’s leg off. MM was riding like a dick to block VR. VR gave him looks of warning & MM din’t accept. You try ride on outside & catch, it’s what happens. - Josh Brookes

Next, Josh Brookes. Juara BSB terbaru ini sebenarnya mengatakan hal yang sama dengan yang saya kemukakan di review kemarin, hehehe. Vale memang out of line, tetapi jika Marc lebih cerdik; ia bisa mengambil jalur dalam yang kosong-melompong setelah Vale out. Vale sudah memperingatkan (dengan beberapa kali tolehan ke arah Marc) tetapi tidak ada respon. Jadilah insiden tersebut.

1 rider takes another out & 1 rider passes on yellow flags. Stick them both back of grid in VLC (Valencia) and let them race for championship, simples - Dan Linfoot

Dan Linfoot justru menawarkan sebuah solusi sederhana. Equal and fair. Race like a gentlemen. Spot on!

If you play with fire MM you’ll get burned! Hope VR can cut through the field at Valencia & fight for championship #GOAT - James Ellison

Kalau yang terakhir James Ellison, dia justru lebih frontal membela Rossi. Poin terakhir yang saya suka dari pernyataannya adalah The GOAT (the greatest of all time).

*********

Dari sekian banyak komentar pembalap professional BSB mayoritas tidak menyangkal kalau manuver Vale (melebar)  cukup berbahaya. Tetapi mereka juga menyayangkan respon Marc yang agak berlebihan (sehingga ia jatuh) dan penalty point yang membuat fans menjadi kurang nyaman dengan  MotoGP Valencia 8 November besok.


Untungnya kejadian tersebut terjadi pada kecepatan rendah… kata Troy Bayliss (rz)

Review MotoGP Malaysia 2015! Hot Race!

Hola amigos, race yang mendebarkan bukan? Tentu bukan cerita kemenangan ke-3 secara beruntun yang diraih pasukan Honda; tetapi clash antara Rossi vs Marquez yang ramai di twitter dengan tagar #SepangClash.

Punch Redding Punch! #MalaysianGP

In my opinion, kejadian seperti ini sebenarnya bukan hal yang baru di MotoGP; tetapi memang jarang sekali terjadi. Tentu kalian masih ingat bagaimana Biaggi ‘menggiring’ Rossi ke sisi luar lintasan di tikungan terakhir Suzuka 2001 yang sangat kencang itu. Atau teknik ngerem mendadak di Laguna Seca 2008 yang sukses membuat Stoner balapan di gravel. Hehe kalau kasus yang pertama emang bahaya banget, tetapi kalau kasus Stoner, Jeremy Burgess bilang kalau trik ngerem mendadak seperti itu sering dilakukan di balap era 80’an. Saya sih nggak tau itu seperti apa tapi percaya aja deh sama master Burgess.

Tempat Kejadian Perkara

Oke lanjut ke kasus #SepangClash ini. Kejadiannya di tikungan 14-15. Sequence bagian selatan sirkuit Sepang memang lokasi favorit overtaking karena menjanjikan 2 kesempatan di satu tikungan. Biasanya pembalap mencoba menyalip tetapi kemudian melebar (out of line) dan pembalap yang akan disalip bisa masuk lagi ke dalam. Unik kan? Seolah gak terjadi apa-apa setelah keluar dari tikungan (padahal nyatanya sempat ada 2 aksi overtake). 

Hal itulah yang terjadi di sirkuit Sepang. Tikungan 14-15 cukup berdekatan sehingga Rossi terlihat seperti satu tikungan. Hampir sama lah dengan hairpin di Misano.  Rossi in di tikungan ke-14, dan seperti biasa manuvernya mulus meskipun sudah bisa dipastikan ia akan out of line alias wide. Lalu Rossi yang sempat nengok ke kiri 2 kali itu pun agaknya memastikan kalau Marquez gak ikut-ikutan wide juga (karena bahaya bro, resikonya jatuh di kecepatan rendah).

Predictable Race Line di tikungan 14-15 sirkuit Sepang
Merah adalah line yang biasa digunakan untuk gantian menyalip
setelah keluar dari tikungan ke-14. Tetapi MM93 gak ambil
line itu....
Next, keduanya pasti sudah paham kalau out of line gitu kecepatannya cukup rendah. Tetapi malah kemudian Marquez merebahkan motornya (bukan menghindari terjadinya senggolan). Kelihatannya dia agak maksa  ikutan nempel terus. Padahal kan sisi lintasan Sepang waktu itu sudah dilapis tarmac jadinya meskipun melebar sedikit gak akan kehilangan waktu banyak. Banyak orang mengira kalau Rossi menendang Marquez. Padahal sepengetahuan saya yang bergerak adalah lutut kiri (refleks setelah terkena helm/kepala Marquez).

Bener aja kalau sengaja Rossi sengaja nendang, pasti dia ikutan jatuh juga. Selagi menikung lambat tentu saja keseimbangan berkurang, ditambah manuver ‘nendang’ tentu tambah tidak stabil.

On the way to meet the race direction...

Fiuhhh, balapan yang panas. Tetapi tetap tahan emosi. Jangan salahkan juga tulisan ini yang seolah-olah membela Rossi banget. Wassalam :D


Update sebelum diposting (Minggu 25/10/2015; 16:08) Race direction memutuskan penalti grid  (start paling belakang) untuk Rossi di GP Valencia. Tetapi masih ada upaya banding dari tim Yamaha MotoGP. Let's see the case in 10 days ahead!


Valencia 2012

NB : Any possibilities of wet race next round? :)

Drama (Jelang) MotoGP Malaysia 2015; Kabut Asap Hingga Konspirasi?!

  • Kabut asap diatas sirkuit Sepang mengganggu pernafasan, penglihatan, dan operasional siaran langsung via helicopter. Race dibatalkan? check
  • Andrea Dovizioso terjebak kabut asap dan harus berkendara 7 jam menuju sirkuit Sepang via laut-darat. check
  • Heboh press-con jelang GP weekend, Marquez berusaha membantu Lorenzo? check


Haze everywhere near Sumatera #pedulikabutasap

Well, menjelang GP Malaysia 2015; perang urat syaraf dan psikologis sudah mulai dilancarkan pembalap. Belum lagi masalah kabut asap yang mengancanm GP akhir pekan nati. Race dibatalkan?

Dari 3 berita diatas saya tertarik membahas berita terakhir. Sebuah pernyataan mengejutkan yang disampaikan oleh Valentino Rossi pada press-con hari ini (22/10). Yuk kita bahas langsung!



Marquez dianggap membantu Lorenzo dalam GP Australia minggu lalu.


Lho kok gitu? Bukannya MM93 overtake JL99 dan berhasil mengamankan 5 poin untuk Rossi? Kalau nggak gitu selisih poinnya sekarang cuma 6 saja lho.


Drama MotoGP emang lebih seru dibanding F1 sekalipun

Pernyataan singkat diatas memang benar. Tetapi Rossi punya perhitungan lain setelah membaca data teknis balapan. Singkatnya, atau kesimpulannya, Marquez adalah manusia tercepat dalam GP Australia tersebut. Dengan paket motor dan fisik yang ada, ia seharusnya bisa lolos di depan sendirian (atau setidaknya bertarung dengan Lorenzo) dan membiarkan pembalap lain dibelakangnya mendekat ke depan.

Tetapi yang terjadi di atas lintasan tidak seperti itu. Meskipun akhirnya Marquez tetap menjadi pemenang setelah melewati battle of group yang ketat, Marquez dianggap sengaja melaju pelan dan terlibat dalam rombongan Rossi-Iannone.

Ia dianggap sengaja menahan Rossi dan Iannone sepanjang balapan untuk kemudian gaspol di akhir lomba, menyalip Lorenzo dan menang. Memang terlihat licik, tapi itulah strategi balapan. Sah-sah saja. Keputusan Marquez menyalip Lorenzo juga bisa dianggap sebagai 'membayar' kesalahannya menahan Valentino Rossi sepanjang lomba.

Kemungkinan besar Rossi berniat untuk mendekat kepada Lorenzo dan memaksa terjadinya battle yang ketat karena dia yakin Lorenzo selevel dengan dirinya, Dengan begitu kemungkinan Rossi finish di depan Lorenzo (berapapun posisinya) semakin terbuka lebar. Tetapi hal tersebut tidak terwujud karena Marquez "mengganggu" sehingga Lorenzo berhasil menciptakan pace yang sempurna dan gagal didekati Rossi.

Percaya nggak? Entahlah. Kalaupun benar gak akan ngaruh apa-apa, sah-sah saja karena itu strategi balapan. Tapi aneh juga, balapan terbaik dekade ini terindikasi sebagai settingan yang direncanakan oleh Marquez. Keren lho! Bisa-bisa kemudian Marquez dijuluki the Director (nyaingin the Doctor-nya Valentino Rossi) hehe...

Saya lebih mengira kalau ini sebagai perang psikologis. Sebuah warning untuk Marquez agar tidak mengganggu battlenya dengan Lorenzo. Mungkin Rossi teringat kejadian Toni Elias yang menggagalkan kemenangannya di Estoril 2006 disaat ia bertarung ketat dengan Hayden di tabel klasemen.

Yang pasti, drama ini akan terus berlanjut hingga setidaknya 8 November. Akan sangat menarik ditunggu akhir dari MotoGP Silly Season 2015 ini (eits, kenapa Silly Season? tunggu jawabannya di posting selanjutnya!). Keep on fight guys! (rz)

*tulisan diatas merupakan hasil analisis pribadi dari berita yang dimuat di crash.net ini.


Throwback; MotoGP Malaysia Memories

Menjelang seri ke-17 MotoGP 2015 di sirkuit Sepang, Malaysia akhir pekan ini; semua perhatian ditujukan kepada pertarungan Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, plus usaha Danny Kent memastikan gelar juara dunia GP dimana sudah puluhan tahun pembalap asal Inggris tidak menjadi juara dunia GP. Tidak ada salahnya kita berselancar kembali ke memori-memori balapan klasik atau peristiwa-peristiwa lainnya yang pernah terjadi di GP Malaysia. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

GP Malaysia 2005

Headline utama setelah GP Malaysia 2005 adalah gelar ke-7 yang diraih Valentino Rossi bersama tim Gauloises Yamaha. Tetapi untuk fans balap Indonesia, GP Malaysia 2005 merupakan peristiwa spesial dimana pembalap terbaik Indonesia kala itu, Doni Tata Pradita, melakukan debutnya di kelas 125cc bersama tim Yamaha Pertamina Indonesia. Doni start dari posisi ke-36 dan finish di posisi ke-31 (paling buncit). Antara 2005-2007 Doni tiga kali membalap di GP Malaysia di kelas 125cc dan 250cc.

Karier GP Doni Tata, tercatat sebagai salah
satu sejarah dunia motorsport Indonesia

Tapi sayang, performa buruk Yamaha 250cc dan hasil DNF di wildcard terakhir (250cc 2007) tidak menyurutkan keinginan pihak terkait untuk turun di GP250 2008 full season. Padahal dengan motor yang tidak kompetitif bisa dipastikan Doni tidak akan berprestasi lebih di kelas tersebut. Hanya pemborosan biaya. Hanya bertahan semusim, pembalap dan tim kemudian hijrah ke WSS (tapi kayaknya emang paling lama bertahan di GP250 cuma sampai akhir 2009 aja sih, soalnya 2010 pindah ke Moto2).

Pada waktu itu Yamaha R6 adalah Supersport terkuat.
Kalau sekarang, Kawasaki ZX6R yang terkuat.

Coba kalau dari awal memilih untuk berlaga di World Supersport, Yamaha cukup kompetitif di kelas itu. Dengan budget yang ada pada waktu itu, setidaknya Doni bisa berlaga 3 musim di WSS (2008-2010). Jikalau kemudian berprestasi dan dikontrak tim lain (atau bahkan ke kelas baru Moto2), lepasin saja; ganti pembalap lain (regenerasi). Gak usah khawatir kalau pada akhirnya naik ke kelas MotoGP tapi gak pakai Yamaha. Tetep aja dia akan pakai Yamaha karena ada ikatan "gak resmi " sebelumnya.

Seperti Casey Stoner yang mengawali kariernya bersama Honda (2001), sempat membela Aprilia, KTM, dan Ducati, akhirnya kembali juga ke Honda kan...

GP Malaysia 2006

Come on Vale!

Dalam usahanya mendekatkan poin dengan Nicky Hayden, Valentino Rossi mendapat lawan yang cukup kuat di GP kali ini; Loris Capirossi. Saya masih ingat betul race waktu itu, cukup ketat dan menegangkan. Dan akhirnya Rossi menang dan Hayden tampil buruk, poin yang sangat berharga....

GP Malaysia 2009-2010

Inget gak sih waktu itu bendera Spanyol
sempet masuk ke rantai motor #99
dan tercabik-cabik? #bad

Berturut-turut dua pembalap FIAT Yamaha mengunci gelar juara dunianya di sirkuit Sepang. Pada 2009 si Ayam Tua, Valentino Rossi, mendapatkan gelar ke-9 nya. Setahun setelahnya, Jorge Lorenzo, baru memulai panen gelar juara dunia MotoGP-nya yang pertama. Jauh juga ya antara 9 dan 1 hehe...

GP Malaysia 2011

Sepang adalah rumah Marco Simoncelli.
2008 dan 2011 adalah cerita yang
sangat-sangat berbeda

Race tersingkat MotoGP... RIP SIC58


Belajar Sejarah; Tim Movistar Junior 125cc dan Nomor Start Berdaya Magis?!

Australia 2001. Full team, perawakan Joan Olive (kiri)
hampir mirip Tito Rabat...

Gila aja! 5 tahun lebih mengikuti dunia motorsport, belajar sejarah hal-hal lainnya, baru kali ini saya tahu kalau debut Dani Pedrosa dan Casey Stoner itu di tim yang sama! Cuma bedanya pada waktu itu (2001) status Pedrosa adalah pembalap reguler, sementara Stoner wildcard. Kalau begitu jadi semakin jelas kenapa nomor start Stoner adalah #27 dan mungkin kesuksesannya di GP juga terpengaruh oleh nomor start tersebut. Kenapa begitu?

Casey Stoner 2001, mirip Adam Ciancarulo

Sebelumnya, saya cuma tahu kalau Telefonica Movistar Junior Team hanya berisi Toni Elias, Joan Olive, dan Dani Pedrosa. Ketiganya diasuh oleh manager yang eks-pembalap GP, Alberto Puig. Sebagai pembalap yang masih muda, urusan nomor start ternyata masih ditentukan oleh tim dan uniknya berurutan sesuai usia masing-masing pembalap.

Salah satu nomor start legendaris #24 (baca: Estoril 2006)

Toni Elias (24), Joan Olive (25), Dani Pedrosa (26). Cuma Toni Elias dan Dani Pedrosa yang masih mempertahankan nomor pilihan Puig tersebut sampai sekarang (dan menjadi salah dua nomor legendaris di MotoGP). Dan entah ada hubungannya atau tidak, cuma Joan Olive yang prestasinya biasa-biasa saja (tidak mampu menjadi juara dunia seperti Elias atau Pedrosa), terutama sejak naik kelas ke 250cc musim 2003 dan mengganti nomor start-nya!

Stoner #27. Kayak pernah tau helm OGK...

Lalu Stoner #27. Ia adalah anggota terbaru di tim Movistar Junior (sekaligus yang termuda). Otomatis mendapatkan nomor 27. Pada musim 2001, ia cuma turun di seri Inggris dan Australia sebagai pembalap wildcard. Waktu itu ia memakai nomor start 73 dan finish ke-17 di Donington dan mencetak 4 poin dengan finish ke-12 di Phillip Island. Kenapa 73? Mungkin karena aturan pemilihan nomor start untuk pembalap wildcard.

Stoner 2011, sepuluh tahun setelah debut (2x juara dunia MotoGP)

Semusim berikutnya Casey Stoner mulai memakai nomor start 27 sampai pensiun di akhir musim 2012. Hanya dua kali ia mengganti nomor menjadi 1 saat berstatus sebagai juara dunia bertahan (dan sayangnya justru gagal mempertahankan gelar).

Tapi ngeri juga kali ya... Elias, Pedrosa, dan Stoner tetap mempertahankan nomor pemberian Alberto Puig, dan ketiganya berhasil menjadi juara dunia. Sayang sekali Joan Olive ganti nomot start -_- / Arti sebuah dedikasi! (rz)

Review MotoGP Australia 2015

Cerita dari burung

10 tahun lebih nonton MotoGP Phillip Island, Australia ; baru kali ini secara langsung saya melihat seekor burung ditabrak oleh rider pas race dan live di TV! Wow!

Meskipun bisa dipastikan burung tersebut mati, tetapi untunglah hanya terkena helm atau bagian atas fairing motor Andrea Iannone. Coba kalau sampai masuk saluran angin seperti ini, bisa jadi #29 gak bakalan bisa fight di race yang seru ini.

Beruntung tidak terjadi seperti ini

Oke, komentator Nick Harris bilang kalau race ini adalah salah satu race (battle of group) terbaik di 10 tahun terakhir. Saya setuju tetapi tidak sepenuhnya. Karena race battle of group seperti ini juga pernah terjadi di Sachsenring 2006. Tetapi bedanya cuma di sirkuit aja sih sebenernya. Sachsenring adalah sirkuit lambat sementara Phillip Island adalah sirkuit super cepat (dan berbahaya, layaknya Daytona di AMA Superbike).

Valentino Rossi start ke-7 dan sempat tertahan traffic di posisi ke-6 di awal race. Hingga pertengahan lomba, Lorenzo sudah bisa menjaga pace di depan; dan dibelakangnya Marquez, Rossi, dan Iannone (yang menjelang akhir lomba mampu merapatkan gap dengan dua rider didepannya. Hal ini sangat menarik karena ia sudah tertinggal hampir 1 detik di lap-lap sebelumnya).

Power Ducati yang luar biasa di home straight berkali-kali memotong Marquez, Rossi, hingga Lorenzo saat perebutan P2. Tapi khusus Lorenzo, ia hanya merasakan P3 di setengah tikungan saja (tepatnya di tikungan pertama).

Saya sangat kagum dengan kemampuan Marquez mengembangkan kecepatannya. Meskipun sempat berada di P2-P4, tetapi dengan tenang dan tak terduga tiba-tiba ia sudah bisa berada 0,5 detik di belakang Lorenzo. Padahal di lap-lap sebelumnya gap mencapai 1,4 detik. Wow!

Disaat Marquez berhasil mengembangkan kecepatannya,
Lorenzo hanya mampu menjaga pace maksimal 1,4 detik.

Puncaknya saat lap terakhir. Komposisi pembalap adalah Lorenzo memimpin dengan gap sekitar 0,5-0,8; sementara dibelakangnya (battle of group), Marquez, Iannone, dan Rossi. Manuver pertama dilakukan Rossi dengan menyalip Iannone di hairpin (Honda Corner/T4). Tapi sayang Iannone kembali meraih posisinya saat keluar tikungan dan keduanya berakhir cukup lambat setelah tikungan ini.

Dan tidak disangka-sangka, Marquez sudah melepaskan diri dari rombongan setelah keluar dari tikungan Siberia (T6). Terlihat dari helicopter camera, gap Lorenzo-Marquez hanya sekitar 0,3 detik di tikungan 7-8. Puncaknya di Lukey Heights, Marquez sudah berada tepat dibelakang Lorenzo, pun Rossi dibelakang Iannone. Dan menjelang MG Corner (T10), keduanya bersiap melakukan overtaking. Marquez sukses, Rossi gagal!

The Real Winner! MM93 pole position dan kemenangannya
kali ini sangat istimewa. Selamat! 

Begitulah akhirnya race terseru tahun ini berakhir dengan P1-P4: Marc Marquez (first point & first win in PI in MotoGP class), Jorge Lorenzo, Andrea Iannone, Valentino Rossi. Hasil ini masih menempatkan Valentino Rossi di posisi puncak klasemen dengan margin 11 poin saja. Dan kedua kalinya di musim ini Rossi gagal podium.

Kalau dilihat secara teknis, paket motor Honda di Phillip Island kali ini sedikit lebih baik dibandingkan Yamaha. Sementara Ducati mempunyai catatan khusus dimana mereka sangat kuat di home straight (900’an meter). Dan kelebihan Honda (Marc Marquez) kali ini adalah mampu mengembangkan kecepatan dengan konsisten dan tidak tertinggal cukup jauh saat Ducati (Andrea Iannone) ‘mengacaukan’ race di home straight. (rz)