Setelah Suzuki dan Aprilia comeback tahun ini, mulai musim 2017 MotoGP akan kedatangan pemain lama yang kini turun sebagai factory team. Selamat datang tim Red Bull KTM MotoGP!
Shane Byrne 2005
KTM bukanlah pemain baru di MotoGP. Sepuluh tahun yang lalu pabrikan ini pernah bekerjasama dengan Team Roberts menghasilkan motor bernama Proton KR KTM yang dikendarai oleh Shane Byrne. Tapi sayang, tim ini hanya berhasil mengoleksi 1 poin yang didapat dari seri Laguna Seca.
Hanya setahun KTM berlaga di MotoGP, mereka memilih fokus ke proyek GP125 dan GP250, juga Moto3. Tetapi keinginan untuk berlaga di kelas tertinggi tetap ada di tim ini. Akhirnya pada pertengahan 2014, KTM mengkonfirmasi akan ikut serta di kelas MotoGP mulai musim 2017. Lalu kenapa 2017? Mungkin karena KTM ingin mempelajari data ban Michelin yang akan digunakan MotoGP mulai musim 2016 besok.
Berikut ini adalah foto-foto motor KTM RC16 MotoGP yang berhasil diabadikan saat uji coba di sirkuit Red Bull Ring.
Terlihat fairing depan cukup kecil dan agak datar, mirip dengan Ducati GP15. Meskipun secara keseluruhan justru mirip Honda RC213V dipadukan lubang angin khas Kalex Moto2 2015. Desain buntut juga cukup unik, terlihat bongsor dan besar. Mirip buntu Ducati Desmosedici edisi awal 2003-2004'an. Tetapi secara keseluruhan desain motor ini masih terlihat kompak. Serasi dengan postur test rider Alex Hofmann.
Yang menarik juga adalah 'munculnya' Red Bull sebagai sponsor utama tim MotoGP. Terakhir kali Red Bull tampil di Laguna Seca 2005 khusus untuk mendukung tim Suzuki MotoGP. Nah, berapa persenkah dukungan Red Bull ke KTM besok? Kalau support penuh, kemungkinan besar warna motor tim ini adalah biru tua dan logo Red Bull, plus aksen oranye khas KTM. Livery GSV-R ini bisa menginspirasi.
Red Bull Suzuki MotoGP, Laguna Seca 2005
Atau kalau dukungan berimbang, mungkin logo KTM bisa lebih menonjol seperti ini.
Sketsa livery motor balap KTM
Nahh, apapun itu; musim balap 2017 sangat layak kita nantikan. Karena bukan cuma tim baru yang muncul, tetapi kemungkinan transfer pembalap yang cukup besar. Mengingat banyak pembalap top yang kontraknya habis di akhir musim 2016 nanti. (rz)
Gak akan ada yang menyangka kalau sirkuit dengan trek lurus terpanjang di MotoGP, Circuit of the Americas (Austin) adalah sirkuit terlambat kedua di MotoGP diatas sirkuit Valencia. Hal ini menjadi catatan yang cukup unik mengingat hampir semua trek MotoGP yang dirancang oleh Hermann Tilke kecepatan rata-ratanya maksimal 171 km/h (Istanbul Park). Sirkuit Sepang sendiri termasuk sirkuit medium dengan kecepatan rata-rata 165 km/h. Berikut adalah data lengkapnya.
177.6 km/h Phillip Island
173.7 km/h Mugello
173.3 km/h Rio Hondo
173.2 km/h Assen
167.8 km/h Aragon
166.7 km/h Losail
166.3 km/h Brno
165.3 km/h Catalunya
163.7 km/h Sepang
161.1 km/h Indianapolis
161.0 km/h Sachsenring
160.7 km/h Le Mans
159.3 km/h Jerez
158.6 km/h Austin
154.4 km/h Valencia (data 2014)
153.0 km/h Silverstone (wet
race, 173.3 km/h 2014)
147.5 km/h Motegi (wet race,
163.2 km/h 2014)
146.6 km/h Misano (wet race,
160.4 km/h 2014)
*Semua data adalah versi 2015, kecuali data sirkuit Valencia dan 3 sirkuit di musim ini yang menggelar wet race sehingga data 2014 juga ikut disertakan.
Dari data di atas terlihat, sirkuit-sirkuit dengan berkecepatan tinggi justru mampu menyajikan pertarungan yang menegangkan di musim ini. Phillip Island, Rio Hondo, Aragon, Losail adalah beberapa diantaranya. Sementara Mugello cukup terkenal dengan battle MM dan JL pada musim lalu.
Sirkuit ini tidak cocok untuk MotoGP!
Sebaliknya, dari data diatas juga bisa disimpulkan kalau sirkuit-sirkuit lambat, terutama Austin, sangat tidak menarik untuk dijadikan sebagai venue balapan. Dari 9 pembalap yang kompetitif di babak kualifikasi (total hanya berjarak 1 detik antara grid 1 dan 9). Tetapi pada saat race hanya tersisa 3 pembalap saja yang bisa battle di depan.
Sirkuit Austin ini berkarakter stop-and-go dengan banyak tikungan lambat. 3 tikungan lambat yang menurut saya paling menyebalkan adalah tikungan pertama serta 2 tikungan sebelum dan sesudah backstraight. Seharusnya hal ini bisa dijadikan pertumbangan kalau race seri Amerika Serikat lebih baik diadakan lagi di Laguna Seca yang sangat menantang!
Sementara itu sirkuit lain dengan kecepatan yang cukup lambat, terutama di Eropa, masih lebih baik dibandingkan Austin. Karena berkarakter technical, bukan stop-and-go seperti di Austin. Fakta menarik seputar kecepatan sirkuit dan hubungannya dengan race yang akan disajikan, bisa digunnakan sebagai pedoman perancang sirkuit dalam bekerja. Karena MotoGP lebih suka dengan sirkuit yang cepat atau lambat tetapi technical. #saran
Remus-Gosser, tantangan terberat
PLUS: Menarik untuk dinantikan aksi di sirkuit Spielberg (Red Bull Ring) musim depan dimana sirkuit ini juga berkarakter semi-stop-and-go dengan dua tikungan yang cukup tajam.
Masak iya sih aksi pembalap negeri sendiri gak ditayangin? Hampir 2 tahun tayangan F1 absen di TV nasional Indonesia, masyarakatpun kecewa. Tetapi dengan masuknya Rio ke F1, otomatis tayangan tersebut akan kembali lagi di TV nasional Indonesia. Biar makin afdol tayangin juga sesi kualifikasinya.
Penggalangan dana harus tetap dilanjutkan
Penggalangan dana harus tetap berlangsung meskipun Rio sudah gabung tim Manor. Belajar dari pengalaman Max Chilton (ex-rekan Rio di GP2 dan pembalap Marussia/Manor), bertarung di tim papan bawah dengan modal membawa dana sponsor gak akan bertahan lama. Kalau prestasinya gitu-gitu aja dan sponsor ngerasa rugi, dukungannya bisa dicabut. Maka mengantisipasi hal itu tentu harus ada dana cadangan untuk tahun-tahun kedepannya. Tentu dibarengi performa drivernya sendiri yang harus ciamik sehingga bisa dikontrak tim lain, sebagai test-driver pun nggak masalah.
Larisin dagangan milik sponsor Rio..
Yang biasanya pake oli A, B, C, sekarang mulai dibiasakan menggunakan oli Pertamina. Begitu pula untuk sponsor-sponsor lain yang sekarang ini masih abu-abu (belum jelas). Prediksi saya sih maskapai penerbangan, operator telekomunikasi, industri makanan dan industri pertambangan akan mendukung Rio di F1. Semoga saja.. amin.
Perlukah Indonesia bikin balapan F1?
Nggak usah mikirin hal-hal kayak gitu! Dananya gede banget dan gak ada efek apapun untuk Indonesia. Kalau gak bisa nyuguhin sirkuit ciamik macam Spa-Francorchamps, nasib Indonesia bakalan seperti Korea dan India. Apalagi kita sudah kalah sama Malaysia dan Singapura. Mending dukung pembalapnya aja tampil di F1. Lumayan kan kalau pembalapnya bisa menang di Malaysia atau Singapura? hehe.
Masih anget gak sih topic #SepangClash kemaren? Kayaknya dua hari
berlalu orang-orang mulai meninggalkan topic itu. Hanya tindakan Iannone pagi
tadi yang memposting fotonya bersama Rossi di podium, sebagai sampul Facebook,
kembali ‘menggairahkan’ optimisme fans Rossi kalau ia akan ‘mendukung’ VR46 menjadi
juara dunia. Entah apa yang akan ia lakukan di Valencia besok.
Grid spesial MotoGP Valencia 2015. Jajajajaja!
Next, saya agak miris dengan komen-komen ‘kasar’ pendukung Rossi di
sosial media yang ditujukan untuk Marc, Jorge, Dorna, dan MotoGP. Mirisnya karena,
banyak dari mereka orang Indonesia. Duh, semoga aja damai dan nggak bikin orang lain takut ya J
Jadi lebih afdol kalau kita lihat komentar dari
pembalap-pembalap professional. Tentu bukan pembalap MotoGP (karena mungkin
mereka tidak ingin bicara terlalu jauh yang justru memprovokasi, kecuali
Lorenzo sih). Jadi saya memilih mengutip
isi cuitan pembalap Superbike professional, khususnya British Superbike (BSB).
Tetapi kenapa BSB? Karena menurut saya BSB
adalah balapan terbaik selain MotoGP dan kultur kompetisi disana sangat
menyenangkan),
Setelah saya telusuri, saya tertarik dengan 4 komentar dari Michael
Laverty (ex-MotoGP), Josh Brookes (juara BSB 2015), Dan Linfoot (top rider
Honda BSB), serta James Ellison (ex-MotoGP). Kita mulai dari Michael Laverty.
Marc broke the unwritten rule;
always RESPECT those fighting for a Championship when you’re not. Vale got enraged
and hung him out to dry – Michael Laverty
Ia menyebut kalau semestinya kita, sebagai orang yang tidak terlibat
dalam perebutan gelar juara, tidak ikut campur ke dalam pertarungan seperti itu.
Menurut Mlav, hal tersebut termasuk sebagai peraturan yang tidak tertulis dalam
dunia balap.
Ia mungkin mencontohkan race BSB Brands Hatch final 2011 dimana ia ‘memberikan’
posisi keduanya untuk diperebutkan oleh kandidat juara musim itu, Tommy Hill
dan John Hopkins. Ia sendiri akhirnya finish di posisi ke-4. Tentu saja ia
tidak akan menyesal melakukan hal itu, karena yang terjadi kemudian adalah race
super seru (salah satu race terseru dalam sejarah BSB) dan ia terlibat di
dalamnya. Sebagai pecinta balap tentu ia sangat menyukai hal-hal seperti itu.
MM could’ve turned back & got
up the inside but he stayed outside & continued to push on VR, then fell
onto him, that dragged VR’s leg off. MM was riding like a dick to block VR. VR
gave him looks of warning & MM din’t accept. You try ride on outside &
catch, it’s what happens. - Josh Brookes
Next, Josh Brookes. Juara BSB terbaru ini sebenarnya mengatakan hal yang
sama dengan yang saya kemukakan di review kemarin, hehehe. Vale memang out of line,
tetapi jika Marc lebih cerdik; ia bisa mengambil jalur dalam yang kosong-melompong
setelah Vale out. Vale sudah memperingatkan (dengan beberapa kali tolehan ke arah
Marc) tetapi tidak ada respon. Jadilah insiden tersebut.
1 rider takes another out & 1
rider passes on yellow flags. Stick them both back of grid in VLC (Valencia)
and let them race for championship, simples - Dan Linfoot
Dan Linfoot justru menawarkan sebuah solusi sederhana.
Equal and fair. Race like a gentlemen. Spot on!
If you play with fire MM you’ll get
burned! Hope VR can cut through the field at Valencia & fight for
championship #GOAT - James Ellison
Kalau yang terakhir James Ellison, dia justru lebih frontal membela Rossi. Poin terakhir yang saya suka dari pernyataannya
adalah The GOAT (the greatest of all time).
*********
Dari sekian banyak komentar pembalap professional BSB mayoritas tidak
menyangkal kalau manuver Vale (melebar) cukup berbahaya. Tetapi mereka juga
menyayangkan respon Marc yang agak berlebihan (sehingga ia jatuh) dan penalty point
yang membuat fans menjadi kurang nyaman dengan MotoGP Valencia 8 November besok.
Untungnya kejadian tersebut
terjadi pada kecepatan rendah…
kata Troy Bayliss (rz)
Hola amigos, race yang mendebarkan bukan? Tentu bukan cerita kemenangan ke-3 secara beruntun yang diraih pasukan Honda; tetapi clash antara Rossi vs Marquez yang ramai di twitter dengan tagar #SepangClash.
Punch Redding Punch! #MalaysianGP
In my opinion, kejadian seperti ini sebenarnya bukan hal yang baru di MotoGP; tetapi memang jarang sekali terjadi. Tentu kalian masih ingat bagaimana Biaggi ‘menggiring’ Rossi ke sisi luar lintasan di tikungan terakhir Suzuka 2001 yang sangat kencang itu. Atau teknik ngerem mendadak di Laguna Seca 2008 yang sukses membuat Stoner balapan di gravel. Hehe kalau kasus yang pertama emang bahaya banget, tetapi kalau kasus Stoner, Jeremy Burgess bilang kalau trik ngerem mendadak seperti itu sering dilakukan di balap era 80’an. Saya sih nggak tau itu seperti apa tapi percaya aja deh sama master Burgess.
Tempat Kejadian Perkara
Oke lanjut ke kasus #SepangClash ini. Kejadiannya di tikungan 14-15. Sequence bagian selatan sirkuit Sepang memang lokasi favorit overtaking karena menjanjikan 2 kesempatan di satu tikungan. Biasanya pembalap mencoba menyalip tetapi kemudian melebar (out of line) dan pembalap yang akan disalip bisa masuk lagi ke dalam. Unik kan? Seolah gak terjadi apa-apa setelah keluar dari tikungan (padahal nyatanya sempat ada 2 aksi overtake).
Hal itulah yang terjadi di sirkuit Sepang. Tikungan 14-15 cukup berdekatan sehingga Rossi terlihat seperti satu tikungan. Hampir sama lah dengan hairpin di Misano. Rossi in di tikungan ke-14, dan seperti biasa manuvernya mulus meskipun sudah bisa dipastikan ia akan out of line alias wide. Lalu Rossi yang sempat nengok ke kiri 2 kali itu pun agaknya memastikan kalau Marquez gak ikut-ikutan wide juga (karena bahaya bro, resikonya jatuh di kecepatan rendah).
Predictable Race Line di tikungan 14-15 sirkuit Sepang Merah adalah line yang biasa digunakan untuk gantian menyalip setelah keluar dari tikungan ke-14. Tetapi MM93 gak ambil line itu....
Next, keduanya pasti sudah paham kalau out of line gitu kecepatannya cukup rendah. Tetapi malah kemudian Marquez merebahkan motornya (bukan menghindari terjadinya senggolan). Kelihatannya dia agak maksa ikutan nempel terus. Padahal kan sisi lintasan Sepang waktu itu sudah dilapis tarmac jadinya meskipun melebar sedikit gak akan kehilangan waktu banyak. Banyak orang mengira kalau Rossi menendang Marquez. Padahal sepengetahuan saya yang bergerak adalah lutut kiri (refleks setelah terkena helm/kepala Marquez).
Bener aja kalau sengaja Rossi sengaja nendang, pasti dia ikutan jatuh juga. Selagi menikung lambat tentu saja keseimbangan berkurang, ditambah manuver ‘nendang’ tentu tambah tidak stabil.
On the way to meet the race direction...
Fiuhhh, balapan yang panas. Tetapi tetap tahan emosi. Jangan salahkan juga tulisan ini yang seolah-olah membela Rossi banget. Wassalam :D
Update sebelum diposting (Minggu 25/10/2015; 16:08) Race direction memutuskan penalti grid (start paling belakang) untuk Rossi di GP Valencia. Tetapi masih ada upaya banding dari tim Yamaha MotoGP. Let's see the case in 10 days ahead!
Kabut asap diatas sirkuit Sepang mengganggu pernafasan, penglihatan, dan operasional siaran langsung via helicopter. Race dibatalkan? check
Andrea Dovizioso terjebak kabut asap dan harus berkendara 7 jam menuju sirkuit Sepang via laut-darat. check
Heboh press-con jelang GP weekend, Marquez berusaha membantu Lorenzo? check
Haze everywhere near Sumatera #pedulikabutasap
Well, menjelang GP Malaysia 2015; perang urat syaraf dan psikologis sudah mulai dilancarkan pembalap. Belum lagi masalah kabut asap yang mengancanm GP akhir pekan nati. Race dibatalkan?
Dari 3 berita diatas saya tertarik membahas berita terakhir. Sebuah pernyataan mengejutkan yang disampaikan oleh Valentino Rossi pada press-con hari ini (22/10). Yuk kita bahas langsung!
Marquez dianggap membantu Lorenzo dalam GP Australia minggu lalu.
Lho kok gitu? Bukannya MM93 overtake JL99 dan berhasil mengamankan 5 poin untuk Rossi? Kalau nggak gitu selisih poinnya sekarang cuma 6 saja lho.
Drama MotoGP emang lebih seru dibanding F1 sekalipun
Pernyataan singkat diatas memang benar. Tetapi Rossi punya perhitungan lain setelah membaca data teknis balapan. Singkatnya, atau kesimpulannya, Marquez adalah manusia tercepat dalam GP Australia tersebut. Dengan paket motor dan fisik yang ada, ia seharusnya bisa lolos di depan sendirian (atau setidaknya bertarung dengan Lorenzo) dan membiarkan pembalap lain dibelakangnya mendekat ke depan.
Tetapi yang terjadi di atas lintasan tidak seperti itu. Meskipun akhirnya Marquez tetap menjadi pemenang setelah melewati battle of group yang ketat, Marquez dianggap sengaja melaju pelan dan terlibat dalam rombongan Rossi-Iannone.
Ia dianggap sengaja menahan Rossi dan Iannone sepanjang balapan untuk kemudian gaspol di akhir lomba, menyalip Lorenzo dan menang. Memang terlihat licik, tapi itulah strategi balapan. Sah-sah saja. Keputusan Marquez menyalip Lorenzo juga bisa dianggap sebagai 'membayar' kesalahannya menahan Valentino Rossi sepanjang lomba.
Kemungkinan besar Rossi berniat untuk mendekat kepada Lorenzo dan memaksa terjadinya battle yang ketat karena dia yakin Lorenzo selevel dengan dirinya, Dengan begitu kemungkinan Rossi finish di depan Lorenzo (berapapun posisinya) semakin terbuka lebar. Tetapi hal tersebut tidak terwujud karena Marquez "mengganggu" sehingga Lorenzo berhasil menciptakan pace yang sempurna dan gagal didekati Rossi.
Percaya nggak? Entahlah. Kalaupun benar gak akan ngaruh apa-apa, sah-sah saja karena itu strategi balapan. Tapi aneh juga, balapan terbaik dekade ini terindikasi sebagai settingan yang direncanakan oleh Marquez. Keren lho! Bisa-bisa kemudian Marquez dijuluki the Director (nyaingin the Doctor-nya Valentino Rossi) hehe...
Saya lebih mengira kalau ini sebagai perang psikologis. Sebuah warning untuk Marquez agar tidak mengganggu battlenya dengan Lorenzo. Mungkin Rossi teringat kejadian Toni Elias yang menggagalkan kemenangannya di Estoril 2006 disaat ia bertarung ketat dengan Hayden di tabel klasemen.
Yang pasti, drama ini akan terus berlanjut hingga setidaknya 8 November. Akan sangat menarik ditunggu akhir dari MotoGP Silly Season 2015 ini (eits, kenapa Silly Season? tunggu jawabannya di posting selanjutnya!). Keep on fight guys! (rz)
Menjelang seri ke-17 MotoGP 2015 di sirkuit Sepang, Malaysia akhir pekan ini; semua perhatian ditujukan kepada pertarungan Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, plus usaha Danny Kent memastikan gelar juara dunia GP dimana sudah puluhan tahun pembalap asal Inggris tidak menjadi juara dunia GP. Tidak ada salahnya kita berselancar kembali ke memori-memori balapan klasik atau peristiwa-peristiwa lainnya yang pernah terjadi di GP Malaysia. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
GP Malaysia 2005
Headline utama setelah GP Malaysia 2005 adalah gelar ke-7 yang diraih Valentino Rossi bersama tim Gauloises Yamaha. Tetapi untuk fans balap Indonesia, GP Malaysia 2005 merupakan peristiwa spesial dimana pembalap terbaik Indonesia kala itu, Doni Tata Pradita, melakukan debutnya di kelas 125cc bersama tim Yamaha Pertamina Indonesia. Doni start dari posisi ke-36 dan finish di posisi ke-31 (paling buncit). Antara 2005-2007 Doni tiga kali membalap di GP Malaysia di kelas 125cc dan 250cc.
Karier GP Doni Tata, tercatat sebagai salah
satu sejarah dunia motorsport Indonesia
Tapi sayang, performa buruk Yamaha 250cc dan hasil DNF di wildcard terakhir (250cc 2007) tidak menyurutkan keinginan pihak terkait untuk turun di GP250 2008 full season. Padahal dengan motor yang tidak kompetitif bisa dipastikan Doni tidak akan berprestasi lebih di kelas tersebut. Hanya pemborosan biaya. Hanya bertahan semusim, pembalap dan tim kemudian hijrah ke WSS (tapi kayaknya emang paling lama bertahan di GP250 cuma sampai akhir 2009 aja sih, soalnya 2010 pindah ke Moto2).
Pada waktu itu Yamaha R6 adalah Supersport terkuat.
Kalau sekarang, Kawasaki ZX6R yang terkuat.
Coba kalau dari awal memilih untuk berlaga di World Supersport, Yamaha cukup kompetitif di kelas itu. Dengan budget yang ada pada waktu itu, setidaknya Doni bisa berlaga 3 musim di WSS (2008-2010). Jikalau kemudian berprestasi dan dikontrak tim lain (atau bahkan ke kelas baru Moto2), lepasin saja; ganti pembalap lain (regenerasi). Gak usah khawatir kalau pada akhirnya naik ke kelas MotoGP tapi gak pakai Yamaha. Tetep aja dia akan pakai Yamaha karena ada ikatan "gak resmi " sebelumnya.
Seperti Casey Stoner yang mengawali kariernya bersama Honda (2001), sempat membela Aprilia, KTM, dan Ducati, akhirnya kembali juga ke Honda kan...
GP Malaysia 2006
Come on Vale!
Dalam usahanya mendekatkan poin dengan Nicky Hayden, Valentino Rossi mendapat lawan yang cukup kuat di GP kali ini; Loris Capirossi. Saya masih ingat betul race waktu itu, cukup ketat dan menegangkan. Dan akhirnya Rossi menang dan Hayden tampil buruk, poin yang sangat berharga....
GP Malaysia 2009-2010
Inget gak sih waktu itu bendera Spanyol
sempet masuk ke rantai motor #99
dan tercabik-cabik? #bad
Berturut-turut dua pembalap FIAT Yamaha mengunci gelar juara dunianya di sirkuit Sepang. Pada 2009 si Ayam Tua, Valentino Rossi, mendapatkan gelar ke-9 nya. Setahun setelahnya, Jorge Lorenzo, baru memulai panen gelar juara dunia MotoGP-nya yang pertama. Jauh juga ya antara 9 dan 1 hehe...
GP Malaysia 2011
Sepang adalah rumah Marco Simoncelli.
2008 dan 2011 adalah cerita yang
sangat-sangat berbeda
Australia 2001. Full team, perawakan Joan Olive (kiri)
hampir mirip Tito Rabat...
Gila aja! 5 tahun lebih mengikuti dunia motorsport, belajar sejarah hal-hal lainnya, baru kali ini saya tahu kalau debut Dani Pedrosa dan Casey Stoner itu di tim yang sama! Cuma bedanya pada waktu itu (2001) status Pedrosa adalah pembalap reguler, sementara Stoner wildcard. Kalau begitu jadi semakin jelas kenapa nomor start Stoner adalah #27 dan mungkin kesuksesannya di GP juga terpengaruh oleh nomor start tersebut. Kenapa begitu?
Casey Stoner 2001, mirip Adam Ciancarulo
Sebelumnya, saya cuma tahu kalau Telefonica Movistar Junior Team hanya berisi Toni Elias, Joan Olive, dan Dani Pedrosa. Ketiganya diasuh oleh manager yang eks-pembalap GP, Alberto Puig. Sebagai pembalap yang masih muda, urusan nomor start ternyata masih ditentukan oleh tim dan uniknya berurutan sesuai usia masing-masing pembalap.
Salah satu nomor start legendaris #24 (baca: Estoril 2006)
Toni Elias (24), Joan Olive (25), Dani Pedrosa (26). Cuma Toni Elias dan Dani Pedrosa yang masih mempertahankan nomor pilihan Puig tersebut sampai sekarang (dan menjadi salah dua nomor legendaris di MotoGP). Dan entah ada hubungannya atau tidak, cuma Joan Olive yang prestasinya biasa-biasa saja (tidak mampu menjadi juara dunia seperti Elias atau Pedrosa), terutama sejak naik kelas ke 250cc musim 2003 dan mengganti nomor start-nya!
Stoner #27. Kayak pernah tau helm OGK...
Lalu Stoner #27. Ia adalah anggota terbaru di tim Movistar Junior (sekaligus yang termuda). Otomatis mendapatkan nomor 27. Pada musim 2001, ia cuma turun di seri Inggris dan Australia sebagai pembalap wildcard. Waktu itu ia memakai nomor start 73 dan finish ke-17 di Donington dan mencetak 4 poin dengan finish ke-12 di Phillip Island. Kenapa 73? Mungkin karena aturan pemilihan nomor start untuk pembalap wildcard.
Stoner 2011, sepuluh tahun setelah debut (2x juara dunia MotoGP)
Semusim berikutnya Casey Stoner mulai memakai nomor start 27 sampai pensiun di akhir musim 2012. Hanya dua kali ia mengganti nomor menjadi 1 saat berstatus sebagai juara dunia bertahan (dan sayangnya justru gagal mempertahankan gelar).
Tapi ngeri juga kali ya... Elias, Pedrosa, dan Stoner tetap mempertahankan nomor pemberian Alberto Puig, dan ketiganya berhasil menjadi juara dunia. Sayang sekali Joan Olive ganti nomot start -_- / Arti sebuah dedikasi! (rz)
10 tahun lebih nonton MotoGP Phillip Island, Australia ; baru kali
ini secara langsung saya melihat seekor burung ditabrak oleh rider pas race dan
live di TV! Wow!
Meskipun bisa dipastikan burung tersebut mati, tetapi untunglah hanya
terkena helm atau bagian atas fairing motor Andrea Iannone. Coba kalau sampai
masuk saluran angin seperti ini, bisa jadi #29 gak bakalan bisa fight di race
yang seru ini.
Beruntung tidak terjadi seperti ini
Oke, komentator Nick Harris bilang kalau race ini adalah salah satu race
(battle of group) terbaik di 10 tahun terakhir. Saya setuju tetapi tidak
sepenuhnya. Karena race battle of group seperti ini juga pernah terjadi di Sachsenring
2006. Tetapi bedanya cuma di sirkuit aja sih sebenernya. Sachsenring adalah
sirkuit lambat sementara Phillip Island adalah sirkuit super cepat (dan
berbahaya, layaknya Daytona di AMA Superbike).
Valentino Rossi start ke-7 dan
sempat tertahan traffic di posisi ke-6 di awal race. Hingga pertengahan
lomba, Lorenzo sudah bisa menjaga pace di depan; dan dibelakangnya Marquez,
Rossi, dan Iannone (yang menjelang akhir lomba mampu merapatkan gap dengan dua
rider didepannya. Hal ini sangat menarik karena ia sudah tertinggal hampir 1
detik di lap-lap sebelumnya).
Power Ducati yang luar biasa di home straight berkali-kali
memotong Marquez, Rossi, hingga Lorenzo saat perebutan P2. Tapi khusus Lorenzo,
ia hanya merasakan P3 di setengah tikungan saja (tepatnya di tikungan pertama).
Saya sangat kagum dengan kemampuan Marquez
mengembangkan kecepatannya. Meskipun sempat berada di P2-P4, tetapi dengan
tenang dan tak terduga tiba-tiba ia sudah bisa berada 0,5 detik di belakang
Lorenzo. Padahal di lap-lap sebelumnya gap mencapai 1,4 detik. Wow!
Disaat Marquez berhasil mengembangkan kecepatannya,
Lorenzo hanya mampu menjaga pace maksimal 1,4 detik.
Puncaknya saat lap terakhir.
Komposisi pembalap adalah Lorenzo memimpin dengan gap sekitar 0,5-0,8; sementara
dibelakangnya (battle of group), Marquez, Iannone, dan Rossi. Manuver pertama
dilakukan Rossi dengan menyalip Iannone di hairpin (Honda Corner/T4). Tapi
sayang Iannone kembali meraih posisinya saat keluar tikungan dan keduanya
berakhir cukup lambat setelah tikungan ini.
Dan tidak disangka-sangka, Marquez sudah melepaskan diri dari rombongan
setelah keluar dari tikungan Siberia (T6). Terlihat dari helicopter camera, gap
Lorenzo-Marquez hanya sekitar 0,3 detik di tikungan 7-8. Puncaknya di Lukey
Heights, Marquez sudah berada tepat dibelakang Lorenzo, pun Rossi dibelakang
Iannone. Dan menjelang MG Corner (T10), keduanya bersiap melakukan overtaking.
Marquez sukses, Rossi gagal!
The Real Winner! MM93 pole position dan kemenangannya kali ini sangat istimewa. Selamat!
Begitulah akhirnya race terseru tahun ini berakhir dengan P1-P4: Marc
Marquez (first point & first win in PI in MotoGP class), Jorge Lorenzo,
Andrea Iannone, Valentino Rossi. Hasil ini masih menempatkan Valentino Rossi di posisi puncak klasemen dengan margin 11 poin saja. Dan kedua kalinya di musim ini Rossi gagal podium.
Kalau dilihat secara teknis, paket motor Honda di Phillip Island kali
ini sedikit lebih baik dibandingkan Yamaha. Sementara Ducati mempunyai catatan
khusus dimana mereka sangat kuat di home straight (900’an meter). Dan kelebihan
Honda (Marc Marquez) kali ini adalah mampu mengembangkan kecepatan dengan
konsisten dan tidak tertinggal cukup jauh saat Ducati (Andrea Iannone) ‘mengacaukan’
race di home straight. (rz)
Anda pecinta travelling dan motocross? Berbahagialah karena tahun depan
akan ada 2 seri MXGP yang akan digelar di Thailand dan Malaysia yang hanya
berjarak satu minggu saja. Seri di Thailand masih menunggu konfirmasi,
sementara seri di Malaysia sudah dipastikan akan digelar di sirkuit Sepang.
17 April // MXGP of Europe (Valkenswaard, Belanda)
1 Mei // MXGP of Latvia (Kegums)
8 Mei // MXGP of Germany (Teutschenthal)
15 Mei // MXGP of Trentino (Pietramurata, Italia)
29 Mei // TBA
5 Juni // MXGP of France (St Jean d’Angely)
19 Juni // MXGP of Great Britain (Matterley Basin)
26 Juni // MXGP of Lombardia-Italy (Mantova)
24 Juli // MXGP of Czech Rep (Loket)
31 Juli // MXGP of Belgium (Lommel)
7 Agustus // MXGP of Switzerland (Frauenfeld/Gachnang)
28 Agustus // MXGP of The Netherlands (Assen)
3 September // MXGP of the Americas (Charlotte Motor Speedway)
11 September // MXGP of the USA (Glen Helen)
25 September // Motocross of Nations (Maggiora, Italia)
Dari kalender sementara tersebut bisa kita pelajari beberapa hal,
khususnya mengenai trend pemilihan venue untuk MXGP dan perkembangan Motocross modern ini.
EKSPANSI ASIA
Setelah Jepang terdepak dari kalender MXGP pada 2008, baru pada 2013
MXGP kembali ke Asia tepatnya di Losail, Qatar. Untuk musim 2016 seri Asia akan
bertambah menjadi 3 setelah seri Malaysia masuk ke kalender. Lumayan untuk
menambah jam internasional pembalap Asean.
Lalu Indonesia? Hanya disaat kejurnas Motocross atau Supercross bisa
tayang di TV dan mendapatkan rating yang bagus. Ditambah berkembangnya kultur
Motocross yang kuat di tanah air barulah Indonesia akan kembali menggelar GP.
Kangen juga nonton seri GP di Indonesia seperti seri klasik MXGP Yogyakarta
1996 ini. Yuk nonton!
7 GRAND PRIX DI 3 NEGARA!
Dari sekian negara hanya Belanda, Italia, dan Amerika Serikat yang menggelar
lebih dari satu seri di negara mereka. Hal ini sama dengan Spanyol, Amerika
Serikat (lagi), dan Italia di MotoGP. Italia selalu mendapatkan minimal 2 seri
MXGP tiap tahunnya. Di Amerika Serikat baru mulai 2016 akan menggelar 2 GP di
waktu yang berdekatan. Hal ini berkaitan dengan ekspansi MXGP di Amerika Utara yang
ingin menggelar balapan di West Coast dan East Coast.
Belanda juga sama saja, tetapi bedanya sejak tahun ini kejuaraan
diselenggarakan di Valkenswaard dan TT Assen. Pemilihan TT Assen menggantikan
Lierop berkaitan dengan konsep penyelenggara yang ingin venue bergaya ala
‘stadium’ seperti Supercross tetapi dengan karakter Motocross.
STADIUM-STYLE VENUE
Seperti yang saya bahas di poin sebelumnya, untuk musim 2016 kira-kira
akan ada 3 venue bergaya ala ‘stadium’ layaknya venue Supercross. Yaitu; Assen,
Sepang, dan Charlotte Motor Speedway. Hanya satu venue di Thailand yang saya
belum mengetahui layout dan lokasinya seperti apa. Kalau trek Losail sih trek non permanen yang hanya memanfaatkan lahan
kosong di dalam sirkuit dan jadilah night race motocross yang… sepi.
Mungkin penyelenggara ingin memanfaatkan tribun sirkuit untuk memanjakan
penonton, tetapi tetap saja trek ini kurang diminati fans karena mencampur
adukkan Motocross dengan Supercross. Yang terjadi di Amerika Serikat, seri Utah
National di Miller Motorsport Park sudah didrop dari kalender untuk musim 2016
dan digantikan trek klasik Southwick (Moto-X 338). Hal tersebut menunjukkan
seri dengan trek non-permanen kurang disukai fans (setidaknya di Amerika
Serikat). Mungkin berbeda dengan fans di Eropa yang menikmati balap motocross
di TT Assen. Prediksi saya untuk trek di Sepang kemungkinan besar akan dibangun
di depan tribun backstraight. Untung saja F1 dan MotoGP digelar di akhir tahun
sehingga masih cukup waktu untuk memperbaiki sirkuit pasca MXGP.
SAYONARA!
Beberapa seri MXGP yang dulu selalu muncul di kalender kini, satu per
satu mulai hilang. Mulai dari seri Portugal (Agueda), Bulgaria (Sevlievo), dan
kemungkinan besar musim depan akan kehilangan seri Spanyol dan Swedia. Hal
seperti itu biasanya disebabkan animo penonton, pembalap, atau organizer lokal
yang sudah menurun dan tidak menguntungkan lagi di mata penyelenggara.
Dari kalender sementara hanya tersisa satu seri yang akan belum fix.
Kemungkinan besar salah satu dari dua seri tersebut akan menjadi pengisinya.
Tetapi saya memprediksi seri Swedia akan tetap di kalender musim depan. Kenapa?
Karena Spanyol kurang begitu greget kalau soal Motocross. Berbeda dengan mereka
di MotoGP.
Well then, banyak kejutan-kejutan baru di MXGP musim depan yang mungkin
akan menyenangkan. Setidaknya masih ada beberapa trek klasik seperti Glen
Helen, Valkenswaard, Loket, St Jean d’Angely, dan trek terbaik MXGP 2015,
Neuquen, yang akan berpadu dengan trek-trek gaya baru seperti Assen, Sepang, dan CMS. Sangat menarik karena di
Amerika Serikat sendiri, karena musim depan justru seluruh seri akan benar-benar kembali ke 'trek alam' dan tidak akan ada lagi artificial track.
(rz)
Mungkin tiap-tiap ajang balap sudah menjalani puluhan musim kompetisi
dimana tiap-tiap musimnya pasti mempunyai cerita menarik tersendiri. Tetapi apakah
kalian sadar jika cerita yang menarik, menegangkan, tidak bisa dipercaya (luput
dari prediksi awal musim) tersebut bisa terjadi bersama-sama di berbagai ajang
motorsport di dunia ini? Setidaknya saya mencatat dan merasakan bahwa musim
2009 adalah musim ‘teraneh’ dalam dimana banyak prediksi yang terbantahkan atau
hal-hal baru yang muncul secara tidak terduga. Apa saja itu?
MotoGP
#99 nomor balap Lorenzo yang mulai dipakai musim 2009
Kematangan Lorenzo dari ‘King Crash’ di musim sebelumnya menjadi salah
satu penantang juara dunia terkuat.
Hanya di musim keduanya di MotoGP, Jorge Lorenzo sudah berkembang pesat dan menjadi salah satu penantang juara dunia terkuat. Dari 'King Crash' di musim 2008 hingga battle menarik di Catalunya 2009 adalah perubahan yang luar biasa (hal yang sama juga terjadi pada Stoner musim 2006-2007).
Valencia 2009, puncak penampilan buruk Stoner.
DNS karena terjatuh saat warm-up lap.
Penyakit misterius Casey Stoner yang memaksanya harus absen selama 3
seri.
Sebenarnya Stoner dan Ducati masih cukup kuat musim ini. 4 kemenangan dan 4 podium adalah buktinya. Tapi absennya Stoner di 3 seri akibat penyakit misterius adalah cerita utama Ducati musim 2009 ini. Partner baru Stoner di Ducati, Nicky Hayden hanya finish di P13 klasemen akhir pembalap.
P2 Melandri di Le Mans. Terimakasih untuk cuaca yang tidak menentu.
Problem tim Kawasaki dan prestasi di Le Mans. Krisis ekonomi global turut memaksa Kawasaki untuk hengkang dari MotoGP meskipun akhirnya tetap diwakili oleh Hayate Racing Team bersama Marco Melandri. Tim ini berhasil meraih prestasi P2 di Le Mans (satu podium di satu musim adalah prestasi yang sering diraih tim Kawasaki). Cerita menarik adalah nasib John Hopkins yang harus rela ikut terdepak dari MotoGP meskipun baru setahun pindah ke Kawasaki. Ternyata hengkangnya Hopkins dari Suzuki ke Kawasaki adalah keputusan yang salah.
Super SIC
Gagalnya Marco Simoncelli mempertahankan gelar
juara dunia karena inkonsistensi (sering crash).
Marco Simoncelli mencetak 6 kemenangan (terbanyak) tetapi gagal mempertahankan gelar juara dunia. 5x balapan tanpa poin adalah catatan yang cukup buruk. Tetapi setidaknya kursi MotoGP 2010 sudah berhasil didapatkan.
Aoyama memimpin barisan Honda berprestasi di musim 2009
Honda 250cc yang kembali melejit setelah sempat
terpuruk selama 3 tahun.
Sejak era Dani Pedrosa, mesin Honda 250cc selalu kalah dari Aprilia dan Gilera (bahkan KTM). Tetapi semua itu berbalik musim 2009, musim terakhir kelas GP250. Hiroshi Aoyama adalah aktor utama kebangkitan Honda. Hanya dengan 4 kemenangan dan konsistensi (tidak pernah DNF/finish tanpa poin) cukup membawanya menjadi juara dunia.
Generasi emas 125cc Marc Marquez, Scott Redding, Andrea Iannone, Pol Espargaro, Bradley Smith, Stefan Bradl, Esteve Rabat, Johann Zarco, Nicolas Terol adalah pemain utama GP125 musim 2009. Beberapa diantara mereka sudah berhasil menembus MotoGP. Yang tersisa cuma Julian Simon, sang juara dunia yang kini masih berkutat di Moto2. Turun kelas yang berbuah manis bagi Julian Simon.
Hanya 1 musim Julian Simon kembali ke kelas 125cc dan itu berbuah manis. Terlepas dari kekalahan konyolnya di Catalunya, ia berhasil meraih gelar juara dunia 125cc dengan 7 kemenangan.
Superbike
The Elbows
Ben Spies super rookie! Mempersembahkan gelar pertama bagi Yamaha di
World Superbike!
Keputusan Ben Spies (dan Tom Sykes juga) untuk bergabung dengan tim Yamaha World Superbike adalah sesuatu yang mengejutkan. Keduanya adalah pembalap utama Suzuki di AMA Superbike dan British Superbike. Ben Spies pun kerap menjadi wildcard rider untuk tim Rizla Suzuki MotoGP. Begitu pula Tom Sykes (future world champion) adalah rider Rizla Suzuki BSB yang sering mengambil wildcard World Superbike. Kalau yang ini mungkin pindah (dari Suzuki) yang membawa berkah, hehe.
Airwaves Yamaha, juara BSB 2009
World Domination Yamaha YZF-R1 generasi terbaru di balap Eropa, Asia,
dan kemudian Amerika!
Yamaha YZF-R1 generasi terbaru muncul di musim balap 2009. Hasilnya sangat menakjubkan. Selain menjadi juara World Superbike bersama Ben Spies, mesin baru ini juga berhasil menjadi juara British Superbike (Leon Camier) dan MFJ Superbike (Katsuyuki Nakasuga). Di Amerika Serikat (AMA Superbike) mesin ini baru berhasil menjadi runner-up di musim 2009, tetapi selanjutnya sejak musim 2010 hingga sekarang sangat mendominasi bersama tim Graves Yamaha.
Formula 1
Jenson Button dan Brawn GP adalah headline utama Formula 1 musim 2009.
Hanya satu kata: FENOMENAL!
Prestasi Sebastian Vettel yang semakin menanjak adalah bukti nyata
sukses Monza 2008 bukan sebuah kebetulan.
Sebastian Vettel meraih kemenangan fenomenal dan historis di Monza 2008. Pada musim itu memang tim Toro Rosso terlihat lebih kuat dibanding tim Red Bull. Salah satunya mungkin karena perbedaan mesin (Ferrari & Renault). Tetapi pindahnya Seb ke Red Bull musim 2009 adalah cerita yang berbeda. Ia menunjukkan bahwa kesuksesan 2008 bukanlah sebuah kebetulan. Ia adalah paket ajaib yang mampu mendongkrak performa tim.
Motocross
JS7 in Action!
James Stewart bersama Yamaha 450 langsung menjuarai AMA Supercross 2009!
James Stewart adalah Valentino Rossi-nya motocross, terutama dalam hal 'transfer pembalap'. Ia meninggalkan tim Monster Energy Kawasaki yang telah memberinya total wins pada Outdoor National (AMA Pro Motocross 2008) untuk bergabung bersama Yamaha/Red Bull musim 2009. Hasilnya cukup manis! Gelar kejuaraan AMA Supercross 2009 langsung disabet Stewart bersama tim barunya itu. Sayangnya kemenangan di AMA Supercross tidak berlanjut di AMA Pro Motocross karena masalah cedera.
AC222 melengkapi sukses BS19 dan JS7 bersama Yamaha 2009
Antonio Cairoli super rookie!
Tony Cairoli baru naik kelas ke Motocross MX1 (MXGP) di musim 2009 bersama tim Red Bull Yamaha. Hebatnya ia bisa langsung menjuarai kelas ini! Wow! Predikat super rookie hampir sama seperti Ben Spies. Tetapi mungkin kesuksesan ini juga berkat faktor mesin Yamaha 450 yang bagus. Musim sebelumnya David Philippaerts juga berhasil menjuarai MX1 bersama tim Monster Energy Yamaha. Dan secara keseluruhan gelar juara dunia Tony Cairoli seperti pelengkap kesuksesan Yamaha di ajang balap 2009. Total wins!
MUSIM 2009 terasa sangat spesial juga karena dari seluruh kejuaraan yang saya bahas disini, hanya AMA Supercross yang tidak ditayangkan di layar kaca (TV gratis) Indonesia. Hal yang sangat berbeda dimana sekarang (2015) hanya MotoGP yang disiarkan langsung secara gratis di Indonesia. (rz)
Sebelum mulai review kali ini, ada baiknya saya memberitahukan kalau
tulisan review MotoGP hanya akan dibuat kalau race-nya berlangsung seru (oleh
karena itu race Aragon lalu tidak dibuat reviewnya di blog ini, hehe).
Menyambung tulisan WOW Japan 2015 beberapa hari
yang lalu, race Jepang kali ini memang sangat-sangat seru. Bukan aksi overtaking, tetapi bagaimana rider
mengatasi trek basah (yang berangsur-angsur mengering). Trek basah sendiri
boleh dibilang adalah ‘panggung drama’ yang paling utama. Tentu kita masih
sangat ingat bagaimana race Misano sebulan yang lalu.
Oke, kecermatan Dani Pedrosa menjaga keausan bannya di Motegi kali ini
adalah salah satu kunci juara utama. Race kali ini mengingatkan saya dengan
bagaimana Ralf Waldmann mengejar gelar juara GP250 Donington Park 2000.
Balapan berjalan cukup membosankan, Lorenzo P1 dan Rossi P2 selama
hampir setengah balapan. Dan kemudian Pedrosa yang sejak awal race berada di P4
secara perlahan menyalip Dovizioso dan menipiskan gap, sebagai penonton saya
sudah berangan-angan bahwa hasil akhir race kali ini akan sangat tidak terduga.
Apalagi kondisi trek kali ini sangat mendukung!
Memangkas gap dari 3 detik menjadi 1,4 detik dalam 1 lap adalah hal yang
luar biasa. Dan dalam beberapa tikungan setelahnya Pedrosa sudah mampu menyalip
Lorenzo. Luar biasanya lagi Rossi juga mampu menyalip Lorenzo dan mendapatkan
keuntungan poin.
Jika saat Lorenzo P1 dan Rossi P2 selisih poin hanya 9, maka setelah
race selisih poin menjadi bertambah 2 kali lipat menjadi 18 point! Wow. Dengan
selisih tersebut Rossi sebenarnya merupakan keuntungan dan cukup bermain konsisten
di 3 race tersisa gelar juara dunia yang telah terlepas selama 6 tahun akan
kembali.
Rossi hanya perlu finish tepat dibelakang Lorenzo di 3 race tersisa. Tak
peduli kalau Lorenzo juara di 3 race tersebut, Rossi hanya perlu finish kedua.
Maka di akhir musim selisih poin Rossi dan Lorenzo adalah 3 poin, VALE 10!
#RossiVsLorenzo
Oke, kita bahas hal menarik lainnya. GP Jepang yang digelar di kondisi
basah memang sering memakan banyak korban. Salah satunya adalah Pol Espargaro
yang harus terjatuh cukup keras di tikungan ke-11. GP Jepang yang selalu
dinantikannya setelah kesuksesan di Suzuka 8Hours ternyata harus berakhir
pahit. Mungkinkah jodoh Pol Espargaro bukan Motegi tetapi Suzuka? Entahlah :D
Jepang yang kali ini tak menyenangkan bagi Pol Espargaro
Oiya satu lagi hal yang cukup penting dan menggembirakan bagi Pedrosa selain gelar juara perdananya di musim ini. Dengan P1 di Motegi kali ini, total Pedrosa telah mengoleksi 50 gelar juara GP (8x125cc, 15x250cc, 27xMotoGP). Kemenangan pertama Pedrosa diraih di kelas 125cc Assen 2002.
Seperti yang terlihat di video klasik ini, Pedrosa sempat tertangkap kamera sedang menonton race MotoGP Assen 2002 dari pitwall. Ia menyaksikan race menarik antara motor 2-tak dan 4-tak yang akhirnya dimenangi oleh Valentino Rossi; orang yang sama dengan yang ia kalahkan di MotoGP Motegi 13 tahun setelahnya. Congrats! (rz)
Just wow! Cerita menarik seputar dunia MotoGP, khususnya yang akan
berlangsung yaitu MotoGP Jepang 2015 ternyata sudah dimulai beberapa hari sebelum
race hari minggu dimulai. Apa pasal? Yuk kita bahas satu per satu!
#1 JOHANN ZARCO
Zarco 1st
Bagaimana rasanya jika mendapatkan gelar juara dunia sebelum race
dimulai? Atau bahkan, gak usah balapan di 4 seri tersisa pun gelar juara
dunianya akan tetap aman.
Johann Zarco adalah salah satu pembalap yang mendapatkan keuntungan
super seperti diatas. Ia dipastikan meraih gelar juara dunia Moto2 2015 bahkan
sebelum race seri ke-15 di Motegi dimulai! Kenapa begitu?
Hal itu disebabkan absennya Tito Rabat di GP Jepang ini setelah hanya
merampungkan 8 lap di Free Practice 1. Rabat merasa fisiknya sudah tidak
memungkinkan untuk menyelesaikan GP Jepang akibat cidera yang ia dapatkan saat
berlatih di Spanyol seminggu lalu. Otomatis dengan absennya si juara bertahan,
poin antara Zarco (P1) dan Rabat (P2) setelah seri ke-15 ini minimal adalah 78
poin. Sudah tidak mungkin terkejar dengan 3 balapan tersisa.
Keuntungan kedua adalah, gak usah nerusin balapan di 4 seri tersisa pun
gelar juara dunianya tidak akan terganggu. Absennya Rabat justru di seri Asia-Australia yang terkenal rapat (3 balapan beruntun dalam 3 minggu), menimbulkan ketidakpastian apakah Rabat akan kembali ke Moto2 dalam waktu dekat atau tidak. Hal tersebut membuat persaingan antara Zarco dan Rabat beralih ke Zarco dan Rins. Karena selisih poin antara Zarco dan Alex Rins
di posisi ketiga adalah pas 100 poin pas dengan jumlah poin maksimal yang tersedia di 4 seri tersisa.
Jikalau Zarco absen hingga akhir musim dan Rins mampu menjuarai keempat seri tersebut pun poinnya tetap akan sama
dengan Zarco. Dan dengan poin yang sama, Zarco akan tetap menjadi juara dunia
karena mempunyai jumlah kemenangan yang lebih banyak (6 vs 5). Vamos Zarco!
#WILDCARD
Yang menarik dari GP Jepang adalah wildcard di kelas MotoGP. Sekarang
ini mungkin hanya seri Jepang saja yang bisa menghadirkan pembalap wildcard
lokal di kelas tertinggi MotoGP. Beberapa negara seperti Amerika Serikat memang
pernah mengirimkan pembalap wildcard lokalnya, terutama antara musim 2005-2008. Tetapi
setelah itu paling mentok hanya mengirimkan wakilnya di kelas CRT/Open.
Dua rider wildcard di GP Jepang kali ini adalah Katsuyuki Nakasuga
(Yamaha) dan Takumi Takahashi (Honda). Keduanya adalah rider terbaik yang
dimiliki Yamaha dan Honda di Jepang saat ini. Saya tidak terlalu tertarik
dengan kehadiran Kats-san (karena ini adalah partisipasinya yang ke-4 secara beruntun
di GP Jepang). Jadi sudah cerita lama kali ya, hehe.
Kehadiran Takumi Takahashi kali ini lebih menarik karena saya pernah
membahas ini, ia adalah rider Honda Jepang terbaik (yang paling pantas membalap
di MotoGP) setelah era Hiroshi Aoyama. Cukup berikan ia kesempatan selama 2-3
musim di MotoGP dan kita akan lihat hasilnya. Semoga saja ia bisa bersinar :D
Di GP Jepang kali ini tim yang menaungi Takumi Takahashi adalah Team HRC
with Nissin. Nomor start 72 menjadi unik
karena nomor ini selalu digunakan rider wildcard Honda di GP Jepang
sejak era Shinichi Ito (setidaknya itu yang saya ketahui pada GP Jepang 2002
dan 2011).
Team HRC with Nissin
Dengan munculnya pembalap wildcard tentu saja muncul desain livery motor
yang baru. Untuk motor Takumi Takahashi, desain livery motornya cukup sederhana
dengan warna utama putih dan sapuan warna biru-merah sesuai warna HRC dan
Nissin. Corak warna putih-biru-merah ini mengingatkan saya dengan livery Repsol
40th di seri Valencia 2008.
Yamaha Factory Racing
Sementara itu livery klasik Yamaha (kuning-hitam-putih) akan kembali lagi ke MotoGP setelah 10 tahun (terakhir digunakan di MotoGP Laguna Seca 2005). Livery ini akan digunakan Katsuyuki Nakasuga. Menarik!
Well, segitu dulu aja ya kita bahas menariknya GP Jepang kali ini. Semoga race hari minggu besok juga menyenangkan dan menegangkan! See ya... (rz)